Ada beberapa syarat diterimanya ibadah yang perlu diperhatikan oleh umat muslim. Ibadah bukan sekadar kewajiban, melainkan juga kebutuhan yang membawa kedamaian bagi manusia.
Jika dilakukan asal-asalan untuk sekadar menggugurkan kewajiban, tentu ibadah yang dilakukan kurang membawa meberkahan. Agar ibadah yang dilakukan setiap hari tidak sia-sia, setiap muslim perlu memahami syarat-syarat diterimanya ibadah.
Mengutip buku Teori Studi Islam, Miswar Saputra, dkk (2022), Ibadah terdiri dari dua jenis, yaitu ibadah mahdhah dan ghairu mahdhah. Ibadah mahdhah mencakup salat, puasa, zakat, dan haji.
Sedangkan ibadah ghairu mahdhah meliputi aktivitas sehari-hari dengan niat mendekatkan diri kepada Allah. Adapun syarat diterimanya ibadah, yakni sebagai berikut.
Niat adalah penentu apakah amal ibadah seorang muslim diterima di sisi Allah. Amal tanpa diiringi niat ibarat angka nol yang tidak mempunyai nilai. Oleh karena itu, niat yang diamalkan harus benar agar bisa membawa pahala besar. Rasulullah Saw. bersabda:
Ilmu merupa syarat penting agar ibadah yang dijalankan sesuai dengan syariat. Jika tidak diiringi dengan ilmu, ibadah yang dilakukan dapat tidak sah. Hal ini dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Al-Mujadalah ayat 11:
Ikhlas adalah upaya melakukan sesuatu tanpa mengharapkan imbalan. Oleh karena itu, ibadah yang dilakukan harus benar-benar ikhlas dan tanpa pamrih. Dalam kitab Risalah Al-Qusyairiyah, dijelaskan bahwa:
Ibadah memerlukan kesabaran dalam menghadapi setiap godaan. Terkadang, beribadah terasa sangat panjang, sehingga hal ini membuat konsentrasi tidak berjalan baik. Oleh karena itu, Rasulullah Saw. bersabda:
Syarat diterimanya ibadah yang dijelaskan di atas bisa dijadikan panutan oleh umat Islam. Diharapkan ibadah yang dilakukan bisa lebih baik dan khusyuk dari sebelum-sebelumnya. (DLA)