Jakarta -
Memilih menu sarapan sebaiknya tak sembarangan agar tak berdampak buruk untuk kesehatan fisik dan mental. Hindari menu sarapan yang terkenal menyehatkan ini karena ternyata bisa picu stres.
Mengurangi gangguan suasana hati dan stres salah satunya bisa dengan mengatur pola makan. Hindari makanan olahan yang kerap dikonsumsi saat sarapan.
Melansir dari CNBC Make It, direktur psikiatri nutrisi, gaya hidup, dan metabolik di Harvard, Dr. Uma Naidoo mengungkapkan bahwa para pasiennya mengurangi konsumsi makanan olahan untuk mengurangi gejala gangguan suasana hati, menurunkan stres, meningkatkan energi, dan meringankan gangguan kognitif.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Dr. Naidoo, makanan olahan dapat merusak kesehatan fisik dan mental manusia. Namun sayangnya, makanan tersebut sudah terlanjur menyumbang setengah kalori dalam pola makan standar masyarakat Amerika.
Dr. Naidoo mengatakan bahwa makanan olahan adalah produk yang buruk bagi manusia karena diproduksi secara industri dan berbahan baku tanaman yang ditanam secara luas dan dimodifikasi secara genetik, seperti jagung, kedelai, dan gula.
Saat sarapan penting untuk memilih menu sehat dan alami, hindari makanan olahan. Foto: iStock
"Makanan tersebut cenderung murah untuk diproduksi, mudah dibeli dan dikonsumsi, serta sangat lezat. Sayangnya, berbagai langkah produksi seringkali menghilangkan vitamin, mineral, dan serat alami dari makanan ini," jelas Dr. Naidoo, dikutip Rabu (11/9/2024).
"Makanan ini memiliki masa simpan yang panjang berkat penambahan bahan pengawet, bahan kimia, perasa buatan, pemanis, dan pewarna. Selain itu, sering kali mengandung asam lemak omega-6 yang tinggi dan asam lemak omega-3 yang rendah," lanjutnya.
Ia menjelaskan, kombinasi bahan-bahan buatan, gula, rasio omega-6 serta omega-3 yang tinggi, dan kandungan nutrisi yang rendah membuat makanan olahan ultra bersifat inflamasi dan merusak mikrobioma.
Jika manusia konsisten mengonsumsi makanan olahan ultra, hal itu dapat menyebabkan sejumlah komplikasi kesehatan fisik dan mental, mulai dari diabetes, obesitas, depresi, hingga kecemasan.
Sereal, keripik, kue, kerupuk, saus salad, bumbu-bumbu instan, minuman manis, dan makanan beku adalah contoh makanan olahan ultra yang populer dan banyak dikonsumsi masyarakat dunia.
"Namun, sereal sering dipromosikan sebagai makanan kesehatan justru kerap dikaitkan dengan peradangan kronis dan dampak kesehatan yang buruk," kata Dr. Naidoo.
Lebih lanjut, penulis Calm your Mind with Food itu menjelaskan bahwa sereal sarapan sebagian besar mengandung karbohidrat sederhana dengan tambahan gula. Maka dari itu, mengonsumsi sereal untuk mengawali hari dapat menyebabkan lonjakan gula darah. Akibatnya, tubuh menjadi mudah lapar hanya dalam beberapa jam sehingga memicu kebiasaan makan camilan manis.
"Sarapan yang mengandung banyak karbohidrat juga dapat menyebabkan energi rendah, kabut otak, dan mudah tersinggung di kemudian hari," ujar Dr. Naidoo.
Sereal kerap tinggi gula dan ditambahkan aneka bahan pengawet. Foto: Istimewa
Lantas, apa menu yang bisa menjadi pengganti sereal?
"Sarapan yang ideal adalah makanan yang padat nutrisi dan mengandung karbohidrat, lemak, dan protein seimbang," tegas Dr. Naidoo.
"Saya sarankan untuk memadukan makanan nabati utuh dengan protein dan lemak sehat. Sarapan yang seimbang dengan komponen-komponen ini akan memberi tenaga pada tubuh dan pikiran Anda sepanjang pagi," sambungnya.
Penulis buku This is Your Brain on Food itu mengatakan, mengurangi asupan makanan olahan dan meningkatkan jumlah makanan utuh dalam dapat mengurangi peradangan kronis, mengurangi risiko kekurangan nutrisi, dan menghasilkan mikrobioma yang lebih seimbang untuk meningkatkan kesehatan usus.
Tak hanya itu, mengurangi porsi makanan olahan juga mampu meningkatkan kebugaran mental melalui hubungan otak-usus, serta dalam mendukung kesehatan seluruh kelompok organ lain dan kesehatan metabolisme secara keseluruhan.
Artikel ini sudah tayang di CNBC Indonesia dengan judul Hindari! Ahli Harvard Sebut Menu Sarapan Ini Bisa Picu Stres
(adr/adr)