Jakarta -
Rinayah (41), ibu dua anak asal Pekalongan menceritakan kemudahan yang didapatkannya berkat menjadi peserta program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Ia merupakan penderita gagal ginjal dan gangguan paru-paru yang harus menjalani perawatan terus menerus, termasuk cuci darah.
Beberapa waktu lalu, Rinayah menjalani perawatan intensif di RSUD Bendan dan kini telah kembali ke rumah sambil memulihkan kondisinya. Tubuhnya yang masih lemah membuat Rinayah harus mengandalkan bantuan keluarganya untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
"Saya masih lemas, berdiri saja masih susah. Saya menumpang di rumah ibu karena di sini banyak saudara. Jadi kalau butuh apa-apa saat suami kerja, ada yang bantu," tutur Rinayah dalam keterangan tertulis, Senin (2/9/2024).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menceritakan kondisinya sempat memburuk beberapa minggu lalu. Dengan tubuh yang lemas dan kaki yang tak mampu menopang berat badannya, suaminya, Junaedi (43), segera membawanya ke Puskesmas Kuripan.
Berdasarkan hasil pemeriksaan, diketahui tekanan darah Rinayah sangat tinggi, sementara kadar hemoglobinnya (Hb) sangat rendah. Petugas medis pun memutuskan untuk merujuk Rinayah ke RSUD Bendan untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.
Namun, Rinayah mengaku keputusan untuk dirujuk ke rumah sakit bukanlah hal yang mudah karena dirinya khawatir dengan biaya pengobatan. Saat itu, Rinayah dan keluarganya belum terdaftar sebagai peserta BPJS Kesehatan. Ia pun mengaku bingung dengan cara membayar perawatan rumah sakit yang diperkirakan akan menguras banyak biaya.
"Saya tidak berdaya sama sekali. Bawa badan saja susah, ditambah lagi kepikiran biaya. Kalau saya dirawat di rumah sakit saya bingung bagaimana membayarnya," kenangnya.
Saat itu, lanjut Rinayah, petugas Puskesmas Kuripan memberikan penjelasan mengenai Program JKN. Apalagi Kota Pekalongan telah menyandang status Universal Health Coverage (UHC).
Program ini pun memungkinkan Rinayah menjadi peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dengan mudah dan cepat, sehingga dirinya bisa mendapatkan perawatan gratis. Rinayah mengaku lega dan akhirnya setuju untuk dirujuk ke rumah sakit.
Dengan hanya berbekal Kartu Tanda Penduduk (KTP), Junaedi segera membawa istrinya ke RSUD Bendan. Di sana, Rinayah didaftarkan sebagai peserta JKN dan status keanggotaannya langsung aktif.
"Petugas pendaftaran di RSUD Bendan kemudian memintanya untuk mengunduh Aplikasi Mobile JKN. Saya minta tolong tetangga saya untuk memasangkan karena saya tidak bisa. Setelah terpasang, saya cek dan ternyata statusnya sudah aktif," katanya.
Selama seminggu dirawat di RSUD Bendan, Rinayah menjalani perawatan hemodialisis (cuci darah) sebanyak dua kali. Ia bersyukur karena dapat terdaftar sebagai peserta JKN melalui program UHC. Sebab tanpa program ini, ia mungkin tidak akan mampu mengakses layanan kesehatan yang ia butuhkan.
"Saya bersyukur bisa terdaftar sebagai peserta JKN dengan predikat UHC di Kota Pekalongan, sehingga saya bisa langsung mendapatkan perawatan dan menjalani cuci darah tanpa mengeluarkan biaya," ungkapnya.
Rinayah mengaku lega karena ia dan keluarganya tidak perlu lagi khawatir tentang biaya pengobatan yang mahal. Apalagi di tengah kondisi ekonomi yang sulit, sebab pendapatan suaminya hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari.
Junaedi bekerja sebagai kuli panggul di toko kain dan toko kosmetik di Jalan Hasanudin, Kota Pekalongan. Penghasilannya sangat tidak menentu dengan upah sekitar Rp 500 hingga Rp 1.000 per koli yang diangkatnya. Ia mengaku tidak bisa membayangkan harus menanggung biaya cuci darah yang cukup besar.
"Pendapatan saya tidak lancar, kadang ada kadang tidak. Kalaupun ada, hasil kerja habis untuk makan. Dalam sehari, penghasilan saya bisa mencapai Rp 70.000 hingga Rp 150.000, namun sering kali saya tidak mendapatkan pekerjaan sama sekali," jelas Junaedi.
Rinayah mengatakan Program JKN penting untuk memberikan akses layanan kesehatan kepada masyarakat yang membutuhkan. Program ini tidak hanya memberikan jaminan kesehatan, tetapi juga memberikan harapan dan kelegaan bagi mereka yang berada dalam kondisi sulit.
Rinayah merupakan satu dari banyak warga yang telah merasakan manfaat besar dari program ini. Kisahnya menjadi wujud nyata setiap orang berhak mendapatkan pelayanan kesehatan yang layak.
(ncm/ncm)