SEBANYAK 152.000 hektare (ha) atau 47% areal Daerah Aliran Sungai (DAS) Benain di Pulau Timor, Nusa Tenggara Timur (NTT) kini dalam kondisi kritis.
Kondisi yang sama juga terjadi pada 62% atau 116.000 hektare DAS Noelmina. Hal tersebut mengemuka dalam Konsultasi Publik Rapat Pengelolaan DAS Terpadu Benain-Noelmina yang digelar Forum DAS NTT Bersama Icraf Indonesia di Kupang, Rabu (2/10).
Kegiatan ini melibatkan sejumlah pihak untuk mengumpulkan aspirasi para pemangku kepentingan terhadap prioritas dan sasaran pembangunan DAS di kedua wilayah tersebut. Kerusakan DAS mengakibatkan bencana kekeringan dan banjir yang melanda kabupaten di Pulau Timor mulai dari Kupang, Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara, Belu dan Malaka.
Baca juga : Wabah Rabies Menyebar di Seluruh Wilayah Pulau Timor
Sesuai temuan, DAS Benain dan Noelmina telah mengalami penurunan kapasitas penyangga. Penurunan itu diindikasikan dengan meningkatnya luasan lahan kritis dan frekuensi bencana seperti kekeringan, banjir, erosi, dan longsor.
"Urusan rencana pengelolaan DAS ini sebenarnya dokumen teknokratik yang misinya bagaimana mengelola sebuah DAS dari sisi menyelesaikan kondisi biofisik, sosial budaya, dan kelembagaan atau bagaimana Kerjasama semua stakeholder untuk memulihkan dan memperbaiki lingkungan hidup kita," kata Kepala Badan Pengelolaan DAS Benain Noelmina, Klodolfus Tuames, kepada wartawan di sela-sela kegiatan tersebut.
Faktor geofisik NTT yakni curah hujan yang pendek dengan durasi tinggi dinilai menjadi faktor pembatas yang mendatangkan kesulitan dalam upaya-upaya memulihkan lingkungan.
Baca juga : Suku Baineo, Penjaga Terumbu Karang Pesisir Selatan Pulau Timor
Menurut Klodolfus, untuk kondisi kelembagaan, masing-masing sektor bergerak sendiri-sendiri. Untuk itu, Forum DAS dan Icraf kemudian menggalang Kerjasama dengan berbagai sektor sehingga pemulihan lingkungan menjadi lebih fokus dan terarah. "Kewajiban pemulihan lahan atau hutan ini penting untuk tercipta sumber-sumber mata air," ujarnya.
Menurutnya, upaya pemulihan, pemeliharaan, dan pengembangan daerah aliran sungai merupakan bagian dari kegiatan riset-aksi Land4Lives alias #LahanuntukKehidupan yang sedang dilaksanakan oleh ICRAF Indonesia di NTT. Kegiatan ini juga bertujuan memperkuat penghidupan dan ketahanan masyarakat rentan di hadapan tantangan perubahan iklim.
Land4Lives disokong oleh Pemerintah Kanada, dan dilaksanakan oleh ICRAF Indonesia di bawah arahan Direktorat Pangan dan Pertanian Bappenas. Pelaksanaan Land4Lives bekerja sama dengan pemerintah daerah di Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan, dan Nusa Tenggara Timur, dengan lokus kegiatan di tingkat desa, lanskap (kabupaten), dan provinsi.
Baca juga : Pulau Timor Diguncang Gempa M 6,1, Dua Rumah Warga Retak
Sementara itu, Ketua Forum DAS NTT Ludji Michael Riwu Kaho menyebutkan, pihaknya sedang melakukan memutakhirkan konsultasi publik rencana pengelolaan (RPDAST) Terpadu Benain dan Noelmina.
Pemutakhiran dilakukan berdasarkan evaluasi RPDAST 2010-2025, yang menemukan banyak program yang telah dirancang belum menghasilkan dampak nyata dalam meningkatkan kapasitas penyangga DAS. Adapun rancangan terbaru RPDAST untuk DAS Benain dan Noelmina disusun oleh Forum DAS NTT, bekerja sama dengan ICRAF Indonesia, Pemerintah Provinsi NTT, dan BPDAS Benain Noelmina.
“Rekomendasi dalam RPDAST ini meliputi tindakan pemanfaatan, penataan, pemeliharaan, pengawasan, pengendalian, pemulihan dan pengembangan DAS dengan mempertimbangkan daya dukung lingkungan dan risiko,” ujarnya.
Sedangkan Direktur Icraf Indonesia, Andree Ekadinata, menyebutkan kejadian banjir yang terjadi setiap musim hujan di wilayah Kabupaten Malaka merupakan dampak dari terbukanya tutupan di daerah hulu.
"Selama beberapa tahun ini kami mengupayakan kegiatan rehabilitasi untuk mengurangi bencana banjir di daerah selatan termasuk Malaka, tetapi tidak cukup, perlu ada embung maupun dam," ujarnya. (PO/J-3)