Sumenep -
Desa di Sumenep ini telah berhasil menciptakan permatanya sendiri. Tidak ada yang bisa dihasilkan dari tanahnya di masa kemarau berkepanjangan seperti saat ini.
Namanya Desa Aeng Tong-tong. Tim detikcom dan pemenang Dream Destination Sumenep mengunjunginya pada hari ini, Senin (16/9/2024).
Sebelum mencapai Desa Aeng Tong-tong, kami melihat persawahan yang mengering dan tiada tumbuhan pangan di sana. Di desa sebelumnya pun hanya ada tanaman tembakau dan ada sebagian jagung.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Smeentara di Desa Aeng Tong-tong, persawahannya sangat kering. Tanah-tanah merah berundak tidak bisa ditanami apapun. Hanya tumbuhan-tumbuhan pepohonan keras yang mampu bertahan.
Lahan yang luas hanya bisa dimanfaatkan warganya untuk menerbangkan sowangan atau layangan besar dengan pita bersuara di atasnya. Berbagai warga lokal desa lain menuju ke Desa Aeng Tong-tong hanya untuk melakukan aktivitas hiburan itu.
Masuk melewati gerbang Desa Aeng Tong-tong, kami disambut perumahan dengan pepohonan mangga yang sedang berbuah lebat di sana-sini. Arti dari nama desa ini yakni air dijinjing karena dahulu warga desanya harus menjinjing air hingga ke rumah dari desa sebelah untuk kebutuhan sehari-hari.
Dream Destination Sumenep, Desa Aeng Tong-tong yang kering kerontang (Ahmad Masaul Khoiri/detikcom)
Kini, Desa Aeng Tong-tong sudah seperti magnet dengan permatanya. Yang mereka tekuni menghasilkan pund-pundi uang, yakni dari kerajinan keris.
Kami melihat dan diceritakan tentang ratusan pandai juga sebagian empu yang mengerjakan keris, mulai dari melebur besi dan bahan-bahan lain menjadi siap dipasarkan.
Keris dari Desa Aeng Tong-tong sudah melalang buana hingga ke belahan Benua Biru juga negara-negara tetangga. Ribuan keris dipesan dari desa ini untuk dijual kembali juga ada yang dijadikan barang hobi.
"Ada sekitar 446 pandai keris atau pengrajin keris dengan total yang ada di Sumenep sekitar 700 orang," kata Joko, salah satu pengrajin keris di sana.
"Kami bersyukur karena dari negara Malaysia banyak yang pesan hingga ratusan keris dalam seminggu. Jadi, bisa ribuan sebulan," katanya.
Dream Destination Sumenep, Desa Aeng Tong-tong (Ahmad Masaul Khoiri/detikcom)
Ya, itulah permata yang mampu dibuat oleh warga Desa Aeng Tong-tong yang juga memiliki pandai celurit khas Madura. Keris-keris yang dijual itu dihargai mulai dari Rp 300 ribu hingga tak terhingga karena bahan pembuatan keris bisa berasal dari emas murni dan campuran materi berharga lain.
Pemenang Dream Destination Sumenep pernah ada yang takut keris
Salah satu pemenang Dream Destination Sumenep mengaku ketakutan ketika melihat keris karena identik dengan senjata yang dipenuhi aura mistis. Namun, setelah datang ke Desa Aeng Tong-tong, persepsinya pun berubah.
"Saya sendiri puas dan apik dengan pengalaman ini. Desanya ini cenderung tenang ya dan nyaman," kata Margaretha Lina Prabawanti.
"Aku sebenarnya agak takut dengan keris. Tapi setelah lihat pembuatannya jadi nggak terlalu. Karena saya kira pembuatan keris itu tidak boleh dilihat. Nah ini ada yang dari tulang buat pegangannya," dia menambahkan.
"Kalau yang suka budaya bisa ke sini. Harus dipaketin sama wisata alam dan budaya lain biar menarik kalau ke sini," dia menambahkan.
(msl/fem)