Jakarta -
Pasokan listrik di Indonesia timur akan mengalami defisit. Kabar tersebut diungkap Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Eniya Listiani Dewi.
"Dan tadi malam, kami baru saja rapat dengan DPR di Bali. Dan tadi malam Dirjen Ketenagalistrikan kita menyampaikan bahwa listrik di wilayah Indonesia Timur defisit dan tidak ada lagi kelebihan pasokan di wilayah Jawa Bali," katanya dalam Indonesia Sustainable Energy Week (ISEW) 2024, di Jakarta, Selasa (10/9/2024).
Menurutnya, hal itu bisa menjadi peluang. Dia mengatakan, Indonesia harus memiliki sistem yang saling terhubung antar pulau.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi ini peluang besar, kita harus mempunyai sistem yang saling terhubung, jaringan yang saling terhubung, antara Sumatera dan Jawa dan juga ke pulau-pulau lainnya," katanya.
Namun begitu, untuk membuat jaringan itu membutuhkan investasi yang tidak sedikit. Dia mengatakan, setidaknya membutuhkan investasi hingga US$ 30 miliar atau sekitar Rp 462 triliun (kurs Rp 15.400). Sementara, untuk pengembangan energi terbarukan lainnya membutuhkan investasi US$ 80 miliar atau sekitar Rp 1.232 triliun.
"Semua sistem jaringan listrik ini, backbone dan fishbone, kita memerlukan US$ 30 miliar dan kemudian pemanfaatan energi terbarukan lainnya yang satu ini, itu membutuhkan US$ 80 miliar," katanya.
Dia bilang, investasi ini tidak bisa dipenuhi oleh pemerintah sendiri. Dia menuturkan, perlu kolaborasi dengan berbagai pihak.
"Jadi kita memerlukan investasi yang besar. Dan ini, menurut saya, tidak bisa disediakan oleh pemerintah saja, tapi kita perlu kolaborasi dengan pihak internasional," katanya.
(acd/rrd)