Jakarta -
Viral istilah lavender marriage yang dikaitkan banyak kasus gaduh di media sosial. Salah satunya curahan hati seorang istri yang berakhir cerai dengan suami setelah mengetahui orientasi seksualnya. Lebih dari sebulan, suami tersebut diketahui menolak untuk berhubungan intim.
Dikutip dari India Today, konsep ini dikaitkan dengan cerminan perubahan sikap terkait seksualitas, gender, dan ekspresi pribadi seseorang. Lebih tepatnya, lavender marriage didefinisikan sebagai pernikahan antara seorang heteroseksual dengan homoseksual, yang kerap kali orientasi seksualnya disembunyikan.
Konsep semacam ini biasanya dilakukan oleh mereka yang tidak ingin mendapat pandangan berbeda dari masyarakat umum. Ketika mereka terbuka dengan orientasi seksual sebenarnya, ada kemungkinan kesulitan untuk bersosialisasi, mendapat penghakiman dari masyarakat, hingga konsekuensi hukum bila benar-benar melakukan pernikahan berdasarkan orientasi seksual yang diinginkan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Terlebih, pernikahan semacam itu tidak legal di Indonesia. Meski begitu, secara umum prevalensi lavender marriage di dunia masih tidak lebih tinggi dibandingkan pernikahan secara umum.
Dalam beberapa kasus tercatat menurun karena ada pergeseran budaya dan visibilitas LGBTQ+ yang lebih besar telah memungkinkan individu untuk hidup lebih terbuka dan autentik tanpa perlu menyembunyikannya.
Efek Lavender Marriage
Sejumlah pakar meyakini seseorang yang berada dalam lavender marriage lebih mungkin mengalami konflik.
"Individu dalam pernikahan lavender mungkin mengalami konflik internal, penekanan identitas, dan hubungan interpersonal yang tegang," terang Yu Huang.
(naf/suc)