REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA, – Kecelakaan tragis terjadi ketika helikopter PK-RGH tipe BK117-D3 milik Estindo Air jatuh di hutan Mentewe, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan, Senin (1/9). Pesawat ini membawa delapan penumpang menuju Palangka Raya, Kalimantan Tengah, sebelum hilang dari pantauan radar.
Helikopter tersebut lepas landas dari Bandara Gusti Syamsir Alam, Kotabaru, pada pukul 08.46 Wita, namun delapan menit kemudian kehilangan kontak dengan pusat navigasi udara AirNav Indonesia. Laporan resmi diterima Basarnas melalui Kantor SAR Banjarmasin pukul 12.02 Wita, yang memicu operasi SAR.
Kepala Kantor SAR Banjarmasin bersama Deputi Operasi Basarnas segera mengaktifkan status tanggap darurat dan membuka sejumlah posko operasi. Tim SAR, yang terdiri dari personel darat dan udara, bergerak cepat dengan menelusuri data dan memperkirakan lokasi jatuhnya helikopter di sekitar Air Terjun Mandin Damar.
Memasuki hari ketiga, wilayah operasi diperluas dengan melibatkan lima Search and Rescue Unit (SRU) yang menyisir area seluas 100 nautical miles persegi. Dua SRU udara menggunakan Helikopter AW-119 MK II KOALA/PK-USM dan EC135 T3H/PK-AMM melakukan pencarian dengan metode paralel dan sektoral, sementara tiga SRU darat melibatkan 80 personel yang menyisir hutan Mentewe.
Evakuasi yang Penuh Tantangan
Pendekatan baru muncul ketika sinyal ponsel salah satu korban terdeteksi, memungkinkan KNKT mengidentifikasi lokasi. Pesan singkat yang dikirim korban menyatakan mereka dalam keadaan kritis, mengarahkan tim SAR ke koordinat 03° 5’6” S – 115° 37’39.07” E. Warga sekitar juga melaporkan melihat helikopter melintas rendah sebelum kecelakaan.
Helikopter ditemukan pada Rabu siang, 700 meter dari titik koordinat terakhir. Proses evakuasi yang menantang berlangsung lebih dari 30 jam dengan medan yang sulit dan cuaca buruk. Dari delapan penumpang, beberapa jasad ditemukan hangus dan terpotong akibat ledakan.
Identifikasi Korban
Proses identifikasi dilakukan di Rumah Sakit Bhayangkara Banjarmasin. Tiga korban warga negara asing lebih mudah diidentifikasi, sementara lima WNI memerlukan tes DNA. Kedelapan korban, termasuk Kapten Haryanto Tahir dan teknisi Hendra Darmawan, merupakan bagian dari tim perusahaan kehutanan.
Keberhasilan menemukan black box helikopter akan membantu KNKT menyelidiki penyebab kecelakaan. Hasil ini penting untuk memberikan kepastian kepada keluarga korban dan mencegah insiden serupa di masa depan.
Konten ini diolah dengan bantuan AI.
sumber : antara