Jakarta -
Kondisi ekonomi global masih tidak menentu. Sejumlah negara ekonominya masih tertekan, ditambah dengan kebijakan banyak negara 'memagari' ekonominya.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menerangkan, data ketenagakerjaan di Amerika Serikat yang telah dirilis memberikan pengaruh ke seluruh dunia.
"Kemarin dengan data yang muncul di mana labour market agak soft mereka khawatir akan terjadi hard landing. Ini yang terjadi minggu lalu yang menjelaskan volatilitas cukup besar dari sisi perekonomian Amerika Serikat yang berpengaruh getarannya ke seluruh dunia," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN Kita, Jakarta, Selasa (13/8/2024).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara, perekonomian Eropa mulai pulih. Namun, ekonomi Eropa dihadapkan pada tantangan Perang Rusia-Ukraina.
"Eropa di sisi lain mulai pulih tapi karena pergolakan politik Perang Ukraina yang dragging ini masih sangat fragile," ungkapnya.
Sementara, pertumbuhan ekonomi China pada kuartal II sudah di bawah 5% yakni 4,7%. Menurutnya, ekonomi China dihadapkan pada masalah struktural dalam negeri dari sektor properti dan pinjaman pemerintah daerah yang sangat besar.
Sri Mulyani melanjutkan, saat ini banyak negara juga memagari ekonominya dengan memasang tarif tinggi untuk impor yang berasal dari China, baik itu berhubungan dengan mobil listrik ataupun barang manufaktur lain.
"Dari sisi global tidak suportif karena banyak negara sekarang mulai memagari dengan tarif tinggi terhadap impor-impor yang berasal dari RRT baik itu berhubungan mobil listrik, maupun barang manufaktur yang lain," ungkapnya.
"Ini semua menggambarkan bahwa 2024 baik konstelasi politik, militer keamanan maupun dari sisi ekonomi semuanya arah dinamika yang tensinya meningkat tinggi dan pasti ini mempengaruhi kinerja ekonomi global, makanya ekonomi global 2024 ini diperkirakan masih akan melemah," terangnya.
Pada kesempatan itu, Sri Mulyani juga mengungkapkan, rupiah melemah sebanyak 3,48% dari awal tahun atau year to date (ytd) terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Meski melemah, rupiah cenderung lebih baik jika dibanding mata uang negara lain.
Dari data yang ia sajikan Thailand baht melemah 3,02%, Korea Won 5,73% dan Brasil real 13,52%.
"Rupiah sekarang kita sudah di bawah Rp 16 ribu lagi, Rp 15.952 meskipun secara year to date depresiasinya 3,48%. Kalau dibandingkan negara lain seperti di bawah itu, kita masih relatively baik," kata Sri Mulyani.
Dia mengatakan, banyak negara mata uangnya lebih tertekan terhadap dolar AS. Dia mengatakan, dolar menguat secara global kendati suku bunga acuan AS akan cenderung turun.
"Banyak negara yang suffering even more terhadap penguatan dolar. Dolar itu menguat secara global, indeks dolar masih trennya menguat," katanya.
"Meskipun fed fund rate cenderung akan turun dan dalam hal ini juga US treasury masih akan cenderung menekan karena mereka memiliki defisit yang besar. Oleh karena itu mereka akan mengeluarkan menerbitkan US treasury yang banyak. Ini menyebabkan harganya jatuh, yieldnya naik," katanya.
(acd/rrd)