Tokyo (ANTARA) - Keputusan Partai Inovasi Jepang (JIP) untuk menghentikan pembicaraan dengan partai-partai oposisi pada Jumat (17/10) memperkuat peluang pemimpin Partai Demokrat Liberal (LDP) Sanae Takaichi menjadi perdana menteri perempuan pertama Jepang.
“Akan sangat sulit untuk melanjutkan pembahasan konsep koalisi ini dengan partai-partai oposisi, dan kami menyimpulkan bahwa melanjutkan diskusi akan sangat tidak sopan, jadi kami meminta untuk mengakhiri perundingan,” kata salah satu pemimpin JIP, Fumitake Fujita, dalam konferensi pers di Tokyo.
Fujita menambahkan, JIP dan LDP “membuat kemajuan signifikan” dalam negosiasi dua hari terakhir dan kini berada pada tahap akhir penyelesaian kesepakatan koalisi.
Baca juga: Tiga partai oposisi Jepang bahas koalisi untuk geser partai berkuasa
Langkah JIP menarik diri dari blok oposisi membuat peluang mengajukan calon perdana menteri bersama semakin kecil. Hal itu membuat Takaichi, yang terpilih sebagai pemimpin LDP pada 4 Oktober, berpeluang memimpin pemerintahan baru jika partainya berhasil membentuk koalisi dengan JIP dan menarik dukungan independen.
Pemungutan suara untuk memilih perdana menteri baru dijadwalkan berlangsung di parlemen Jepang pada Selasa mendatang.
Baca juga: Menteri pertanian Jepang mundur usai ucapan kontroversial soal beras
Sumber: Sputnik/RIA Novosti
Penerjemah: Yoanita Hastryka Djohan
Editor: Abdul Hakim Muhiddin
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.