Jakarta -
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta terus berupaya menambah jumlah ruang terbuka hijau (RTH). Kehadiran RTH tak hanya berfungsi sebagai penyerapan polutan, melainkan juga objek wisata atau tempat 'healing' bagi warga Jakarta.
Di bawah kepemimpinan Penjabat (Pj.) Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono, Pemprov DKI Jakarta menghadirkan sejumlah kebijakan taktis untuk memperbanyak RTH di Jakarta. Dimulai program Jumat Menanam di setiap wilayah sejak awal kepemimpinannya, penataan kawasan di tingkat kelurahan, hingga program strategis yang dilaksanakan Dinas Pertamanan dan Hutan Kota Provinsi DKI Jakarta. Pemprov DKI Jakarta berkomitmen untuk terus menggenjot RTH sebanyak 30% pada 2030.
Kepala Dinas Pertamanan dan Hutan Kota Provinsi DKI Jakarta Bayu Meghantara mengungkapkan, hingga saat ini, Pemprov DKI Jakarta telah memiliki taman seluas 380 hektare, dengan jumlah taman tersebar di 1.527 lokasi. Sedangkan, total ruang terbuka hijau, baik lahan hutan, Taman Pemakaman Umum (TPU), maupun jalur hijau seluas 1.917 hektare.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tahun 2024 ini, kami berencana membangun RTH di 14 lokasi. Berupa taman di Jl. Reformasi, Jl. Jeruk Purut, Jl. Tebet Dalam 1, Jl. Raya Tanjung Barat, Jl. Lebak Bulus V, Jl. AUP, Kampung Setu, Jl. Swadaya IV, Pinang Ranti, dan Jl. Kebantenan V. Kemudian, hutan kota di Jl. Pinang 2, Ujung Menteng, Jl. Sawo, serta TPU Radjiman," tutur Bayu kepada detikcom, Senin (26/8/2024).
Dalam proses pembangunan ruang terbuka hijau, lanjut Bayu, pihaknya juga menggandeng masyarakat. Hal ini guna mewujudkan ruang terbuka hijau yang ramah bagi warga Jakarta.
"(Kami) melakukan pembangunan taman-taman dengan melibatkan masyarakat sekitar dalam perencanaan awal. Sehingga, kebutuhan masyarakat sekitar dapat diakomodasi, termasuk untuk 'healing´atau wisata," ujar Bayu.
Foto: Suasana RTH di Jakarta (Pradita Utama/detikcom)
RTH untuk Atasi Polusi
Pembangunan ruang terbuka hijau di Jakarta terutama guna menekan polusi udara di Jakarta. Dalam menentukan lokasi RTH, Pemprov DKI melakukan pendataan awal area yang memiliki level polusi tinggi.
Kemudian, lokasi-lokasi tersebut ditanami pohon penyerap polutan. Penanaman ini difokuskan di tiga zona, yakni lahan kosong, jalur hijau, serta taman kota.
"Ada kurang lebih 25 jenis tanaman yang sudah ditanam. Target sesuai Kegiatan Strategis Daerah sebanyak 10.000 pohon pada 2024," papar Bayu.
Ia mengatakan, secara rutin, jajaran Dinas Pertamanan dan Hutan Kota Provinsi DKI Jakarta juga melakukan pemeliharaan maksimal untuj menjaga keberlanjutan tanaman penyerap polutan itu. Kehadiran tanaman polutan di ruang terbuka hijau pun mampu memberikan dampak terhadap kualitas udara di Jakarta.
Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Sigit Relianto mengemukakan, kualitas udara di Jakarta pada 2024 lebih baik dibandingkan 2023. KLHK menghitung perbandingan Konsentrasi Partikulat (PM 2,5) pada 2023 dan 2024.
"Kalau kita lihat perbandingan dengan tahun lalu, puncak yang paling tidak sehat itu pada 1 Oktober 2023, jumlah PM 2,5 (dengan konsentrasi) 83,72%. Kalau 7 Agustus 2023, (konsentrasinya) 67,33. Dibandingkan dengan situasi sekarang, pada 1 Agustus 2024 (konsentrasinya) 61,77%. Jadi, masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2023, baik per Agustus maupun dari puncaknya," beber Sigit beberapa waktu lalu.
(akd/akd)