Jakarta -
Serikat pekerja terbesar Boeing akan melangsungkan aksi mogok kerja pada Jumat (12/9) besok. Hal ini menyusul hasil negosiasi kontrak kerja terkait upah yang menuai penolakan dari sejumlah pekerja.
Dilansir Reuters, Kamis (11/9/2024), sebagian besar pekerja pabrik pembuat pesawat AS di Pacific Northwest akan menyampaikan suaranya pada hari ini untuk mendukung penghentian kerja dan menolak kesepakatan sementara. Diperkirakan 30.000 pekerja yang memproduksi jet Boeing 737 MAX, 767, dan 777 di Seattle dan Portland, Oregon ikut dalam mogok kerja.
Menurut International Association of Machinists and Aerospace Workers (IAM), mogok kerja akan terjadi jika mayoritas pekerja menolak kesepakatan awal dan setidaknya dua pertiganya memilih untuk mogok kerja.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketidakpuasan pekerja terhadap kesepakatan awal yang dicapai pada Minggu telah terlihat di beberapa pabrik Boeing di wilayah Seattle, dengan karyawan melakukan pawai, memukul panci dan wajan, serta membunyikan klakson.
Boeing Terancam Rugi Rp 53,9 T
Sementara itu, berdasarkan catatan dari TD Cowen, pemogokan selama 50 hari dapat merugikan Boeing US$ 3-3,5 miliar atau Rp 46,2-53,9 triliun (kurs Rp 15.400). Mogok kerja pekerja Boeing terakhir terjadi pada 2008 dengan menutup pabrik selama 52 hari dan berdampak pada pendapatan US$ 100 juta per hari atau Rp 1,54 triliun.
"Yang saya lihat adalah banyak orang yang marah atas banyak masalah yang sangat mereka pedulikan. Pemogokan akan membahayakan pemulihan bersama, semakin mengikis kepercayaan pelanggan dan merusak kemampuan kita untuk menentukan masa depan bersama," kata Jon Holden, yang memimpin negosiasi untuk IAM, serikat pekerja terbesar Boeing..
Kesepakatan yang diusulkan Boeing mencakup kenaikan upah 25%, bonus penandatanganan US$ 3.000, dan janji untuk membangun jet komersial Boeing berikutnya di Seattle, asalkan program tersebut diluncurkan dalam waktu empat tahun sejak kontrak.
Sedangkan menurut Holden, para pekerja menginginkan kenaikan upah mendekati 40% selama tiga atau empat tahun. Sejumlah pekerja juga kurang setuju dengan hilangnya bonus tahunan 3,7% dari pendapatan selama 20 tahun terakhir.
Boeing menanggung utang hampir US$ 60 miliar dan menghadapi pengawasan dari regulator dan pelanggan. Hal ini terjadi usai peristiwa jendela terlepas dari pesawat Alaska Air saat mengudara pada Januari. Saham pembuat pesawat itu telah turun 36,5% sepanjang tahun ini.
(shc/ara)