Jakarta -
Pemerintah menargetkan produksi minyak 1 juta barel per hari (bopd) dan gas 12 miliar standar kaki kubik (bscfd) di 2030. Untuk mengejar target tersebut, sejumlah langkah dilakukan.
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan, cara yang ditempuh salah satunya ialah mendorong investasi. Pada tahun ini, pihaknya menargetkan investasi di hulu migas US$ 16,1 miliar.
"Peningkatan investasi untuk tahun 2024 ini, kita menargetkan nilai investasi sebesar US$ 16,1 miliar atau Rp 242 triliun, yang artinya terjadi peningkatan investasi sebesar 17% dibandingkan tahun 2023 yang lalu, yang tercatat sebesar US$ 13,7 miliar atau sebesar Rp 206 triliun," katanya dalam acara Supply Chain & National Capacity Summit 2024 di JCC Jakarta, Rabu (14/8/2024).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selanjutnya, pihaknya mendorong pengeboran sumur pengembangan secara masif. Pada tahun ini, ia menargetkan pengeboran sebanyak 932 sumur atau naik 388% dari realisasi tahun 2020 yang hanya 240 sumur.
Lanjutnya, pada tahun 2029 nanti akan ada 141 proyek dengan total investasi US$ 36,25 miliar atau setara Rp 543 triliun. Proyek itu terdiri dari 6 Proyek Strategis Nasional (PSN) dengan total investasi US$ 32,47 miliar atau sebesar Rp 487 triliun. Kemudian, 135 proyek non PSN dengan nilai total investasi US$ 3,78 miliar atau sebesar Rp 57 triliun.
Sementara, Menteri ESDM Arifin Tasrif menjelaskan, rantai pasok yang efektif dan efisien merupakan landasan keberhasilan industri hulu migas. Pihaknya ingin memastikan rantai pasok tidak hanya tangguh dalam menghadapi ketidakpastian, tapi juga fleksibel dalam beradaptasi terhadap perubahan pasar global dan domestik.
Oleh karena itu, beberapa hal perlu dipastikan, antara lain mengadaptasi teknologi modern. "Transformasi digital dalam manajemen rantai pasokan, seperti penggunaan teknologi dan kecerdasan buatan dapat meningkatkan transparansi, efisiensi, dan kecepatan proses," katanya.
Kemudian, meningkatkan kapasitas nasional. Dia mengatakan, pengembangan industri pendukung dalam negeri akan memperkuat ketahanan rantai pasok dengan mengurangi ketergantungan terhadap produk impor dan mempercepat ketersediaan barang dan jasa.
"Pengembangan kapasitas nasional juga akan berkontribusi terhadap pertumbuhan perekonomian negara kita, karena rantai pasokan industri kita memerlukan kapasitas nasional yang lebih besar dari apa yang telah kita capai saat ini," ujarnya.
Poin penting selanjutnya ialah mendorong kolaborasi. Terangnya, kerja sama antara pemerintah, kontraktor, dan pelaku industri sangatlah penting.
"Dengan membangun kemitraan yang solid, kita dapat menciptakan ekosistem rantai pasok yang lebih baik dan saling mendukung," ujarnya.
"Poin terakhir yang perlu ditekankan adalah inovasi dan riset. Penelitian dan pengembangan bersama akan membantu terciptanya solusi inovatif untuk mengatasi tantangan dan meraih peluang baru. Inovasi adalah kunci untuk tetap relevan dan kompetitif di pasar global," sambungnya.
(acd/rrd)