Jakarta -
Di Gunungkidul ada jajanan khas bernama puli tempe yang rasanya kenyal, gurih, dan manis. Puli tempe juga cocok dijadikan oleh-oleh dengan daya simpan satu hari.
Puli tempe memadukan puli, jajanan kenyal berbahan beras yang rasanya gurih dengan tempe bacem yang teksturnya padat dan rasanya manis. Puli tempe sayang dilewatkan saat sedang mengunjungi Gunungkidul.
detikJogja mengunjungi salah satu produsen puli tempe di Padukuhan Pati, Kalurahan Genjahan, Ponjong, Gunungkidul, yang bernama Puli Tempe Mbak Iken. Di sana terlihat beberapa pekerja perempuan yang sedang menggoreng tempe.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dua pekerja terlihat sibuk menggoreng tempe, sedangkan satu lagi menyiapkan olahan tempe bacem. Ada juga yang sedang terlihat memotong puli.
Setidaknya ada tiga puli yang terletak di sebuah tampah sepanjang kurang lebih 90 cm. Awalnya, pekerja tersebut memotong setengah lingkaran puli. Lalu, dia meletakkan puli yang dipotong di sebuah meja beralas bekas karung putih.
Jajanan khas Gunungkidul, Puli Tempe, yang dibeli di tempat produksi milik Iken Setiyaningsih di Genjahan, Ponjong, Gunungkidul Foto: Muhammad Iqbal Al Fardi/detikJogja
Tangannya yang terbalut sebuah sarung tangan plastik itu tampak lihai memotong puli tersebut dengan lebar sekitar dua ruas jari orang dewasa. Selanjutnya, puli panjang itu dipotong kembali sepanjang sekitar satu ruas jari telunjuk orang dewasa.
Puli memiliki tekstur layaknya puding tetapi lebih kenyal dan bertekstur lebih padat. Warnanya putih mengkilap. Jika dipegang, puli akan sedikit merekat.
Pada gigitan pertama, rasanya hambar. Saat dikunyah perlahan rasa gurih mulai memenuhi rongga mulut. Rasa gurih puli menyerupai bubur dan cenderung tipis.
Setelah satu puli habis dikunyah, rasa gurihnya mulai kentara tetapi tidak sampai mengganggu. Aftertaste atau sisa rasa di rongga mulut perlahan hilang setelah kira-kira dua menit berselang.
Teksturnya yang kenyal juga menambah nuansa berbeda dengan jajanan tradisional lainnya. Pengalaman mengunyah puli hampir seperti moci tetapi tidak begitu merekat di gigi.
Pengalaman menikmati puli belum sempurna jika tidak disantap bersama tempe bacem. Sebab tekstur tempe yang lebih padat melengkapi tekstur puli yang kenyal saat dikunyah.
Jajanan khas Gunungkidul, Puli Tempe, yang dibeli di tempat produksi milik Iken Setiyaningsih di Genjahan, Ponjong, Gunungkidul Foto: Muhammad Iqbal Al Fardi/detikJogja
Selain itu, perpaduan rasa manis yang tidak terlalu kuat dari tempe bacem melengkapi gurihnya puli. Manis dan gurih itu akan terpadu sempurna jika tempe bacem dan puli dikunyah hingga halus.
Aftertaste-nya pun berubah saat puli dinikmati dengan tempe bacem. Ada sedikit rasa manis yang tertinggal di lidah dan gurih menguar di rongga mulut.
Cara Bikin Puli Tempe
Pemilik Puli Tempe Mbak Iken, yakni Iken Setiyaningsih (38), menerangkan usaha pembuatan puli tempe sudah diwariskan secara turun temurun dari neneknya. Iken merupakan generasi ketiga yang mulai membuat puli tempe sejak tahun 2016.
"Sudah turun temurun. Warisan keluarga," ungkap Iken saat ditemui detikJogja di tempat usahanya, Jumat (9/8/2024).
Iken mengatakan, puli merupakan makanan tradisional Gunungkidul berbahan baku beras. Beras itu diolah sehingga menjadi puli. Iken menyebut puli seperti makanan khas Jogja, jadah.
"Beras diolah nanti seperti jadah," katanya.
Lebih lanjut dijelaskannya, cara membuat puli awalnya harus mencuci beras secara bersih. Kemudian beras yang sudah bersih ditanak.
Menanak 1 kg beras yang akan dijadikan puli butuh ditambah air sebanyak enam gelas yang sudah dicampur obat puli. Air yang mengandung larutan obat puli tersebut digunakan untuk menanak nasi.
"1 kg beras itu ditambah air yang sudah dicampur obat puli. Nanti masak berasnya pakai air itu," jelas Iken.
Obat puli itu berfungsi untuk mengenyalkan puli. Beras tersebut ditanak hingga air kering.
"Obat puli itu buat pengenyal. Berasnya dimasak sampai airnya surut," ungkap Iken.
Selanjutnya, beras yang masak itu dikukus selama kurang lebih satu jam. Setelah dikukus, beras yang sudah menjadi nasi itu ditumbuk hingga halus. Setelahnya nasi yang sudah menjadi puli itu diletakkan ke cetakan.
"Setelah matang nanti dikukus. Setelah dikukus baru ditumbuk. Baru ditaruh di tampah atau cetakan lain," jelas Iken.
Dalam satu hari, Iken biasa memproduksi puli dengan 9 kg beras menjadi tiga tampah. Adapun tempe bacemnya, Iken mengatakan dirinya memesan dari orang lain.
"Sehari biasanya pakai 9 kg beras. Itu bisa jadi tiga tampah puli," katanya.
Iken biasa memasak puli mulai sekitar pukul 05.00 WIB. Kemudian, puli tersebut dijual oleh Iken di kiosnya sendiri di Genjahan, Ponjong.
Omzet Penjualan Capai Rp 2 Juta
Dalam sehari dia bisa meraup omzet sekitar Rp 1,5-2 juta. Namun, Iken tak hanya menjual puli tempe, ia juga menjual makanan tradisional lainnya, seperti pecel dan lainnya.
"Kalau sehari omzetnya sehari kalau habis semua bisa Rp 1,5-2 juta," katanya.
Iken menjual puli tempe dalam satu paket yang berisi delapan puli dan delapan tempe bacem goreng. Satu paket puli tempe itu dipatok harga Rp 10 ribu.
Iken mengatakan puli tempe bisa awet hingga satu hari. Sebab itu, jajanan tradisional tersebut bisa dijadikan sebagai oleh-oleh saat berkunjung ke Gunungkidul.
"Puli tempe itu bisa satu hari tidak basi. Kalau dibawa ke Jakarta nggak basi lah," katanya.
Puli tempe bisa awet asal dibungkus saat dingin. Jika masih panas puli tempe tidak bertahan lama.
"Kalau masih panas di-packing nggak aman. Aman kalau pas dingin," jelas Iken.
Syarat lainnya agar puli tidak cepat basi yakni dimasak dengan api yang stabil. Jika saat memasak puli kondisi apinya tidak stabil, puli bisa cepat basi.
"Intinya kalau masak puli apinya harus stabil," ungkap Iken.
Artikel ini sudah tayang di detikjogja dengan judul "Puli Tempe, Jajan Khas Gunungkidul dengan Cita Rasa Gurih-Manis"
(yms/adr)