Jakarta -
Ahli uroginekologi Prof. Dr. dr. Budi Iman Santoso, Sp.O.G, Subsp.Urogin RE, MPH mewanti-wanti gejala nyeri panggul pasca melahirkan. Pasalnya, 50 persen dari wanita yang melahirkan pertama kali berisiko mengalami cedera otot dasar panggul yang menjadi tanda awal turun peranakan.
Sayangnya, menurut Prof Budi banyak wanita tidak menyadari gejalanya lantaran kerap dianggap nyeri biasa.
"Contohnya, jika saat hamil atau setelah melahirkan mengalami kebocoran urine saat batuk, itu bisa menjadi indikasi awal masalah pada otot panggul. Oleh karena itu, sangat penting bagi wanita yang telah melahirkan untuk melakukan pemeriksaan (screening) untuk mengetahui kondisi otot panggul mereka. Jika otot panggul lemah, pelatihan khusus bisa membantu, terutama jika kerusakan masih ringan," saran Prof Budi, saat ditemui detikcom di Gedung IMERI Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Kamis (12/9/2024).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebagian besar kasus kerusakan otot panggul memang tergolong ringan dan dapat diatasi dengan pelatihan, sehingga dapat mencegah masalah yang lebih serius seperti turunnya rahim. Namun, jika telanjur turun peranakan, Prof Budi menekankan hal ini sulit diatasi dan biaya yang dikeluarkan untuk perawatan relatif besar.
Dalam buku autobiografinya, ia menuturkan kerusakan otot dasar panggul ringan dapat dilakukan tanpa pembedahan. Lain halnya, jika kerusakannya berat, pembedahan rekonstruktif menjadi satu-satunya pilihan.
"Pertanyaannya adalah siapa yang dapat mendiagnosis trauma atau kerusakan pada otot dasar panggul? Untuk itu, diperlukan modal pemeriksaan yang canggih. Cara yang paling memungkinkan adalah dengan mengenali tanda dan gejala yang ada," kata dia.
Saat otot dasar panggul dalam kondisi kendur, pelatihan untuk 'menguatkannya' disebut Prof Budi sangat penting. Namun, jika otot tersebut telah kendur selama bertahun-tahun, upaya semacam itu dinilai tidak lagi efektif.
Karenanya, Prof Budi menemukan metode BISA (Budi Iman Santoso assessment), yang menggunakan formulir sederhana untuk menilai risiko. Formulir tersebut menanyakan tiga hal.
"Apakah berat bayi lebih dari 3,2 kg? Apakah terjadi pemotongan jalan lahir? Apakah proses mengejan berlangsung lebih dari 60 menit? Jika semua kondisi ini ada, kemungkinan seseorang mengalami trauma cedera pada panggul," tukas dia.
"Cuma 3 komponen itu, kalau semuanya ada itu kira-kira 68-78% dia [panggul] bakal rusak, mengalami trauma cedera panggul," tegasnya.
Gejala Umum Disfungsi Dasar Panggul
Inkontinensia
- Permasalahan dalam mengontrol kandung kemih
- Pengeluaran urine yang tidak disengaja
- Sulit menahan kencing
Prolaps organ panggul
- Turunnya organ-organ dalam panggul seperti rahim, kandung kemih, atau rektum, menonjol keluar melalui vagina
Nyeri panggul
- Rasa sakit atau tidak nyaman di area panggul, termasuk saat berhubungan intim.
(naf/naf)