Jakarta -
Indonesia terkenal kaya akan rempah-rempah sejak dulu kala. Salah satunya rempah andaliman yang merupakan rempah khas Danau Toba, Sumatera Utara.
Rempah yang memiliki rasa pedas, getir, panas, mentol, dan aroma harum seperti bau jeruk ini dapat diolah menjadi bumbu masak dan berbagai makanan-minuman lainnya. Bahkan, tak jarang masyarakat di Danau Toba melakukan budidaya andaliman untuk meraup pundi-pundi Rupiah.
Marandus Sirait merupakan salah satu pelaku usaha rempah andaliman di Desa Sionggang Utara, Kecamatan Lumban Julu, Kabupaten Toba, Sumatera Utara, yang pertama kali membudidayakan andaliman di Lumban Julu. Ia memulai usaha andaliman pada 2017 dengan nama UMKM CV Andaliman Mangintir dengan membudidayakan dan menjual rempah andaliman ke dalam dan luar negeri.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Marandus bercerita dengan modal awal sebesar Rp 50 juta, kini ia dapat mengembangkan budidaya andaliman. Modal tersebut dipakai untuk membeli bibit, alat-alat produksi, menyewa lahan untuk menanam, dan kebutuhan lainnya. Berkat usaha budidaya andaliman, kini ia dapat meraup omzet hingga Rp 20 juta per bulan.
"Saat stok andaliman sedang normal, eceran andaliman memiliki harga paling murah Rp15.000 per kilogram. Namun, ketika stok sedang sedikit, harga andaliman bisa mencapai Rp 250.000 sampai Rp 300.000 per kilogram," ujarnya dalam keterangan tertulis, Minggu (1/9/2024).
Tak hanya mendapat omzet yang fantastis, UMKM-nya juga pernah diundang mengikuti pameran makanan di luar negeri yakni di Swiss, Spanyol, dan Polandia. Kendati usahanya berjalan mulus, namun pada 2020 ketika pandemi COVID-19 dia menemui sebuah tantangan.
"Saat pandemi COVID-19, tidak ada pasar sama sekali sementara tanaman kami lagi panen raya, jadinya banyak andaliman yang mati. Itulah masa anjloknya andaliman dan kelompok tani andaliman," paparnya.
Namun, hal tersebut tak membuatnya putus asa dan berhenti mengembangkan budidaya andaliman. Untuk dapat meneruskan usahanya, ia bekerja sama dengan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk untuk mendapatkan modal usaha dan perlengkapan produksi seperti, angkong, alat pelindung diri (APD), serta bibit andaliman.
Tak hanya itu, BRI mengajak kerja sama pengusaha andaliman untuk ikut dalam program Beli Kreatif Danau Toba 2021. BRI juga terus mengajak pengusaha andaliman untuk membuka stand jualan di ragam acara mereka di berbagai daerah agar produk andaliman semakin meluas namanya.
"BRI sangat membantu masyarakat. Karena usaha tanpa ada modal, ya repot juga apalagi di masa krisis seperti dahulu. Kami sangat tertolong banyak dalam usaha UMKM ini. Prosesnya juga tidak ribet," sebutnya.
Sementara itu, Direktur Bisnis Mikro BRI Supari mengatakan BRI bersama pemerintah terus mendorong para nasabah KUR naik kelas. Ia mengungkapkan mayoritas KUR BRI disalurkan kepada sektor produksi, dengan proporsi mencapai 55,95%.
BRI pun optimistis dapat memenuhi penyaluran KUR untuk tahun ini senilai Rp 165 triliun pada bulan September 2024.
"Secara umum, strategi bisnis mikro BRI di tahun 2024 akan fokus pada pemberdayaan berada di depan pembiayaan. BRI sebagai bank yang berkomitmen kepada UMKM telah memiliki kerangka pemberdayaan yang dimulai dari fase dasar, integrasi, hingga interkoneksi," tutup Supari.
(akd/akd)