
Pemkab Lamongan, Jatim, mewaspadai potensi krisis air bersih di wilayahnya. Ini menyusul puncak musim kemarau yang terjadi di kabupaten setempat.
Meski demikian hingga saat ini belum ada wilayah yang mengajukan droping air. Hal ini karena sebagaian dari puluhan debit air waduk, rawa maupun embung di kawasan setempat masih menyisakan debit air.
"Iya betul. Kita sudah memasuki waspada kekeringan, " kata Juru Bicara Pemkab Lamongan, Sugeng Widodo, Senin (8/9) siang.
Menurut dia, masih adanya debit air itu akibat dampak La-Nina yang melanda kawasan Lamongan. Dengan demikian, beberapa kawasan di Lamongan masih sering di guyur hujan. Termasuk, dua hari terakhir sempat terjadi hujan deras dengan intensitas cukup tinggi.
Meski demikian, untuk memastikan dampak potensi kekeringan Pemkab Lamongan melalui BPBD setempat telah melakukan pemantauan dan koordinasi dengan sejumlah kawasan yang tiap tahun mengalami krisis air bersih.
Hal ini dilakukan agar dampak kekeringan bisa segera teratasi dengan pengiriman air bersih. " Tapi sejauh ini belum ada kawasan yang terdampak kekeringan. Bahkan, belum ada wilayah kecamatan yang mengajukan permintaan air bersih, " tandasnya.
Ia mengungkapkan saat ini, debit sejumlah waduk besar maupun rawa dan embung masih memiliki debit air. Dengan demikian, warga bisa memanfaatkan air pada waduk, rawa maupun embung yang masih ada airnya untuk keperluan sehari-hari.
Seperti diketahui, ada sedikitnya 167 desa yang tersebar di 13 kecamatan berpotensi mengalimi krisis air bersih. Tahun lalu misalnya, dampak El-Nino mengakibatkan belasan kecamatan tersebut mengalah krisis air bersih.
Di antaranya, kecamatan yang berada di wilayah selatan dan tengah di Kabupaten Lamongan. Antara lain, Kecamatan Mantub, Sugio, Sambeng, Tikung, Kembang bahu, Kedungpring, Deket, Modo, Ngimbang, Biluluk dan Lamongan.
Bahkan, dampak kekeringan yang terjadi pada beberapa tahun sebelumnya memaksa Pemkab Lamongan mengumumkan status darurat kekeringan. Ini karena sejumlah wilayah tersebut mengalami krisis air bersih dalam kategori kering kritis dan langka. (H-1)