
MUSIM semi seringkali masih terasa dingin dan tidak menentu, tetapi ada lebah yang tetap berani muncul lebih awal. Lebah selofan merupakan salah satu penyerbuk yang muncul paling awal setiap tahun, bahkan saat suhu masih dingin akibat embun beku. Peneliti menemukan bahwa lebah ini mampu menghadapi cuaca dingin, yang biasanya membuat lebah lain lemah atau tidak aktif.
Berbeda dengan lebah madu, lebah selofan bisa pulih dari kondisi “koma dingin”, sekitar dua kali lebih cepat. Koma dingin adalah keadaan ketika suhu yang terlalu rendah, membuat serangga pingsan sementara. Begitu suhu menghangat, serangga yang tahan biasanya akan sadar kembali.
Lebah selofan punya kemampuan khusus, untuk bangun dari kondisi itu dan tetap beraktivitas. Kemampuan tersebut menjadi sangat penting mengingat siklus hidup lebah selofan yang relatif pendek. Lebah dewasa hanya hidup beberapa minggu di awal musim semi. Itu sebabnya, mereka harus memanfaatkan setiap jam cuaca hangat untuk mencari makan dan melakukan penyerbukan. Ketahanan mereka terhadap suhu rendah membuat peluang hidupnya jauh lebih tinggi dibandingkan lebah lainnya.
Para peneliti mengumpulkan lebah liar di sebuah kampus, di Midwest untuk diteliti. Mereka mengukur ukuran tubuh lebah, kemudian memaparkannya pada suhu dingin yang dikendalikan, dan mencatat berapa lama waktu yang dibutuhkan lebah untuk pulih. Setelah itu, hasilnya dibandingkan antara lebah jantan dan betina, lalu juga dengan lebah madu.
“Yang ingin kami lihat adalah bagaimana lebah-lebah ini mengatasi perubahan suhu selama musim semi,” ujar penulis utama studi Victor Gonzalez, seorang profesor di Universitas Kansas.
Ia juga menjelaskan bahwa lebih dari 75% lebah, sebenarnya hidup sendiri atau soliter. Namun, sebagian besar informasi yang kita miliki tentang lebah selama ini berasal dari penelitian pada lebah sosial, misalnya lebah madu dan lebah tanah.
Strategi lebah di musim semi
"Lebah selofan berasal dari Amerika Utara, lebah soliter yang bersarang di tanah. Kebanyakan lebah soliter, memiliki masa hidup yang sangat pendek saat dewasa," ungkap Gonzalez.
Masa hidup lebah ini cukup singkat, 4-5 minggu. Mereka disebut lebah selofan karena cara membuat sarangnya yang unik, sel-selnya terlihat transparan seperti kertas bening, mirip selofan.
Lebah dewasa biasanya muncul bertepatan dengan liburan musim semi, lalu menghilang sekitar pertengahan Mei. Setelah itu, telur menetas menjadi larva dan berkembang menjadi dewasa, tetapi mereka tetap berada di dalam tanah hingga musim semi berikutnya, jelas Profesor Gonzalez.
Bagi lebah, bertahan hidup bukanlah hal mudah. Iklim yang semakin tidak menentu, diduga sudah memberi pengaruh pada populasi mereka, meskipun masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk memastikannya.
Penelitian ini memiliki nilai penting karena fokusnya pada lebah soliter, bukan lebah bersarang seperti lebah madu. Dengan begitu, penelitian ini menambah wawasan tentang penyerbuk yang terbang lebih awal, dibanding sebagian besar penyerbuk lainnya.
Selain itu, ada manfaat praktis yang bisa dipetik. Penyerbukan di awal musim semi berperan besar, dalam memastikan ketersediaan buah sepanjang tahun. Karena itu, memahami spesies lebah yang mampu bertahan di cuaca dingin, dan yang tidak, sangatlah penting bukan hanya di laboratorium, tapi juga bagi pertanian. (Earth/Z-2)