Jakarta -
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan sempat menyinggung rendahnya investasi baru di sektor minyak dan gas (migas) tanah air. Menurut Luhut nyaris tidak ada investasi baru dalam 30 tahun terakhir di sektor tersebut.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif pun angkat bicara. Dia mengatakan kondisi itu bermula dari banyak Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) hengkang pada 2012.
Arifin mengatakan kala itu ada pengeboran dan menghabiskan US$ 2,5 miliar, namun pengeboran minyak itu hasilnya kering.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Enggak, bukan itu. Jadi waktu itu kan tahun 2012. dulu kan kita sempat pick, ya. Terus kemudian tahun 2012, itu kejadian udah ngebor besar. Habis 2,5 miliar dolar AS terus KKKS itu dry hole," kata dia ditemui usai Sidang Paripurna DPR RI dan Pembacaan Nota Keuangan di Gedung DPR, Jakarta, Jumat (16/8/2024).
Akhirnya para investor yang hengkang itu mencari tempat lain sebagai sumber migas baru. Selain itu, para investor juga mencari tempat dengan kebijakan fiskal yang lebih menguntungkan
"Nah, kemudian juga dari situ di tempat-tempat lain udah mulai ketemu sumber-sumber baru. Jadi, mereka pada pindah. Akibatnya kan ada persaingan. Di mana yang memang daerah yang punya kebijakan fiskal yang menguntungkan sama yang kurang menguntungkan. Karena pasti milihnya yang itu, kan?" Terangnya.
Untuk itu, menurut Arifin Indonesia memang harus memperbaiki kebijakan untuk bisa menarik investasi lagi.
"Tapi sekarang, alhamdulillah, ya. Mungkin banyak yang ketemu potensi. Sekarang yang kita lagi rancang. Kemudahan-kemudahan, fleksibilitas," jelas dia.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan sempat menyinggung rendahnya investasi baru di sektor minyak dan gas (migas) tanah air. Ia menyatakan nyaris tidak ada investasi baru dalam 30 tahun terakhir di sektor tersebut.
"Saya membuat task force di wilayah saya, portofolio saya, lalu saya tanyakan kenapa di 30 tahun terakhir investasi di industri minyak dan gas sangat kecil atau bahkan nyaris nol," katanya dalam acara Supply Chain & National Capacity Summit 2024 di JCC Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (14/8/2024).
Menurutnya ada 11 faktor yang menjadi penghambat investasi sektor migas. Dalam catatan detikcom, Luhut menjelaskan 11 isu tersebut berkaitan dengan lamanya persetujuan izin lingkungan, peraturan terkait ruang laut dan pertanian, perpajakan migas yang kurang kondusif, hingga kurangnya dukungan dari sebagian pemerintah daerah.
(ada/kil)