Jakarta -
Sudah marak terjadi, masyarakat tidak hanya melihat komposisi pangan yang akan mereka konsumsi tetapi juga keamanan dalam pengemasannya. Apalagi, gaya hidup perkotaan yang terus menormalisasi setiap orang untuk mengonsumsi makanan serta minuman dalam kemasan. Sayangnya berbagai bentuk informasi yang tidak lengkap membuat masyarakat terjerumus dalam ketidakpahaman tentang keamanan serta kesehatan yang dipengaruhi oleh kemasan.
Mengutip dari detikHealth, banyak orang mengira jika sebuah kemasan tanpa label BPA Free berarti kemasan tersebut tidak aman. Keyakinan ini semakin bertambah ketika Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) membuat aturan baru dengan mewajibkan keterangan tambahan bagi produk air minum dalam kemasan yang memakai plastik polikarbonat dalam labelnya. Dalam aturan tersebut tertulis bahwa untuk kemasan pangan berbahan plastik polikarbonat. Batas maksimal migrasi BPA pada kemasan tersebut ditetapkan sebesar 0,6 bpj (bagian perjuta) atau 600 mikrogram/kg.
Terkait hal ini, spesialis gizi klinik dr Karin Wiradarma, M Gizi, SpGK menjelaskan jika komposisi kimia ini tidak hanya terdapat pada kemasan air mineral saja. Berdasarkan sebuah riset, dr Karin mengatakan jika BPA seberat 106 nanogram/gram juga ditemukan dalam kaleng pengemas ikan. Kadar bervariasi tergantung sifat kimia bahan pangan yang dikemasnya, termasuk sifat keasamannya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sebuah studi meneliti kandungan BPA di berbagai makanan baik makanan segar, beku, dan kaleng. Mereka menemukan BPA di 73 persen makanan kaleng. Di makanan segar dan beku sekalipun juga ditemukan BPA sebanyak 7 persen," katanya dalam diskusi detikcom Leaders Forum, Rabu (21/8/2024).
Lebih lanjut, ia menjelaskan jika BPA masih dapat diurai oleh tubuh dan dibuang melalui urine. Dengan demikian, dalam kadar tertentu, BPA tidak akan memicu masalah kesehatan para penggunanya. Sementara itu, masih mengutip dari detikHealth, diketahui jika BPA yang terkandung dalam kemasan tidak akan semudah itu tertransfer ke dalam makanan atau minuman di dalamnya.
Hal ini lebih lanjut dijelaskan oleh dokter spesialis penyakit dalam Dr dr Andhika Rachman, SpPD-KHOM. Ia mengatakan bahwa risiko migrasi partikel BPA dari kemasan kaleng terjadi saat dipanaskan dengan suhu di atas 70 derajat celcius atau dalam kondisi tertentu.
Lalu benarkah kemasan berlabel BPA Free lebih aman dari pada kemasan tanpa label? Sejauh mana kebutuhan logo BPA Free diperlukan? Ikuti ulasannya bersama Redaktur Pelaksana detikHealth dalam Editorial Review.
Sementara itu, hari ini detikSore akan bergabung dengan detikBali untuk mengulas lebih dalam wanti-wanti pemerintah terhadap menjamurnya vila-vila di kawasan wisata alam Pulau Dewata. Terbaru, dua menteri Kabinet Indonesia Maju mendorong adanya moratorium terkait hal ini. seberapa krusial masalah ini? Benarkah hal ini sudah menjadi wacana sejak lama namun urung dilaksanakan? Temukan jawabannya dalam laporan Kepala Biro detikBali dalam Indonesia Detik Ini.
Pada penghujung sore nanti, Luna Maya dan Makayla Rose akan hadir di Sunsetalk untuk membahas film terbaru mereka yang berjudul Sumala. Diangkat dari kisah nyata yang terjadi puluhan tahun lalu, bagaimana keduanya meresapi peran sebagai aktor utama dalam film ini? Ikuti bincang-bincangnya jelang matahari terbenam nanti.
Ikuti terus ulasan mendalam berita-berita hangat detikcom dalam sehari yang disiarkan secara langsung langsung (live streaming) pada Senin-Jumat pukul 15.30-18.00 WIB, di 20.detik.com dan TikTok detikcom. Jangan ketinggalan untuk mengikuti analisis pergerakan pasar saham jelang penutupan IHSG di awal acara. Sampaikan komentar Anda melalui kolom live chat yang tersedia.
"Detik Sore, Nggak Cuma Hore-hore!"
(far/far)