Jakarta -
Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan neraca perdagangan Indonesia pada Juli 2024 surplus US$ 470 juta. Ini adalah surplus 51 bulan beruntun yang terjadi sejak Mei 2020, meski nilainya terus menurun.
Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan surplus neraca perdagangan Juli 2024 turun 1,92% secara bulanan (month to month/mtm). Surplus itu juga turun 0,82% jika dilihat secara tahunan (year on year/yoy).
"Surplus Juli 2024 lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya atau dibandingkan dengan bulan yang sama tahun sebelumnya," kata Amalia dalam konferensi pers, Kamis (15/8/2024).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Amalia menyebut surplus neraca perdagangan Juli 2024 ditopang oleh surplus pada komoditas non migas yaitu sebesar US$ 2,61 miliar. Komoditas penyumbang surplus utama adalah bahan bakar mineral.
"Terutama di dalamnya ada batu bara yang masuk dalam kategori HS 27, lemak dan minyak hewan nabati HS 15 yang mayoritas adalah palm oil, serta besi dan baja dalam kelompok HS 72," beber Amalia.
Sebagaimana diketahui, batu bara menjadi komoditas ekspor non migas unggulan Indonesia bersama besi dan baja, serta CPO dan turunannya. Nilai ekspor ketiga komoditas itu memberikan share sekitar 28,43% dari total ekspor non migas Indonesia pada Juli 2024.
Meski begitu, nilai ekspor ketiga komoditas unggulan itu mengalami penurunan pada Juli 2024 baik secara bulanan maupun tahunan. Nilai ekspor baru bara turun 0,07% secara bulanan dan 2,49% secara tahunan, nilai ekspor besi dan baja turun 3,28% secara bulanan dan 8,07% secara tahunan, serta nilai ekspor CPO dan turunannya turun 36,37% secara bulanan dan 39,22% secara tahunan.
"Ekspor CPO dan turunannya mengalami penurunan cukup signifikan terutama ke India secara mtm itu turun 59,31% dan secara yoy turun 67,50%, ke Tiongkok turun secara mtm 49,56% dan secara yoy turun 30,04%, ke Pakistan juga turun secara mtm 17,78% dan secara yoy turun 18,62%. Kalau untuk komoditas batu bara yang turun adalah ekspor ke Jepang, Filipina dan Vietnam," beber Amalia.
Pada saat yang sama, neraca perdagangan komoditas migas tercatat defisit US$ 2,13 miliar. Komoditas utama penyumbang defisit adalah hasil minyak dan minyak mentah
"Defisit neraca perdagangan migas Juli 2024 lebih dalam dari bulan sebelumnya ataupun bulan yang sama tahun lalu," jelas Amalia.
(aid/rrd)