Jakarta -
Budaya membersihkan meja usai makan di sebuah tempat makan masih menjadi perdebatan. Netizen X ternyata punya penilaian untuk kebiasaan tersebut.
Sejak beberapa tahun yang lalu, kampanye untuk membersihkan meja sendiri usai makan di sebuah restoran mulai digalakkan. Tujuannya adalah memudahkan para pekerja restoran maupun pelanggan yang akan makan selanjutnya.
Di beberapa negara budaya ini telah menjadi kebiasaan yang dianggap wajar. Sementara di Indonesia, kebiasaan membersihkan meja usai makan di restoran masih menjadi perdebatan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ada sebagian orang yang setuju dengan kampanye tersebut dan menerapkan dengan baik. Tetapi ada juga yang menolak hingga menyebut pelayanan tersebut seharusnya sudah masuk dalam pembayaran mereka.
Kebiasaan pelanggan di restoran menjadi sorotan netizen X. Foto: X/ezash
Tetapi warganet pada X ternyata punya penilaian sendiri. Melalui cuitan akun X @ezash (15/9) banyak netizen yang terpancing untuk menyuarakan pendapatnya terhadap budaya tersebut.
"Aku suka ngejudge (menilai) seseorang dari cara mereka memperlakukan meja/tempat makan setelah selesai makan di restoran," tulis Eza Hazami selaku pemilik akun.
Tak disangka, cuitannya ini mendapat perhatian lebih dari 1,4 juta netizen. Nyatanya, Eza tak sendirian, banyak netizen yang mengaku sependapat bahkan seringkali memerhatikan hal-hal yang lebih detail lagi.
"Paling malas liat orang makan, tetapi abu rokoknya dibuang di piring abis dia makan," tulis akun bernama @mfah_rozi.
Kebiasaan seperti yang disebutkan oleh pemilik akun Mas Padang Biasa ini memang masih banyak terjadi. Baik di warung makan sederhana maupun beberapa tempat makan nyaman pada sisi outdoor yang didominasi oleh pelanggan perokok.
Konon perilaku membersihkan meja bekas makan mencerminkan kepribadian pelanggan. Foto: Getty Images/Agung Putu Surya Purna Kristyaw
"Sama, Bang. Malah saya lebih banyak lagi: soal sampah dan tisu bekas, cara makan, layout meja kerja, isi percakapan, dll. Nggak apa-apa itu kan hak kita juga. Biar tau kedepannya mau jadi sekadar kenalan, teman, atau partner bisnis. Kualitas orang itu dilihat dari habitnya (kebiasaan) juga," tulis @nasidaunjerukk.
Cuitan tersebut nyatanya sejalan dengan jurnal Pembentukan Sikap yang ditulis oleh Zarmiyati Zuchdi bagaimana komponen kognitif seseorang berupa keyakinan menyangkut aspek emosional dan komponen konatif merupakan aspek kecenderungan bertindak sesuai dengan sikapnya.
Sehingga bisa dikaitkan ketika seseorang merasa bertanggung jawab atas meja bekas makannya, maka ia akan lebih bertanggung jawab terhadap seluruh aspek kehidupannya. Seorang netizen juga menambahkan bahwa perdebatan atas budaya membersihkan sampah dan meja makan membuat Indonesia menduduki peringkat negara dengan sampah makanan terbesar.
"Aku juga tipe orang yang nggak suka sama orang-orang yang sering nggak menghabiskan makanannya. Mereka memperlakukan makanan seperti sampah. Tidak heran jika Indonesia diberi peringkat Negara dengan produksi sampah makanan terbanyak di dunia," tulis akun @rahmimimi.
Di sisi lain, tak hanya mengkritisi, ada juga netizen yang memberikan tips agar lebih mudah membersihkan meja bekas makan di restoran oleh akun X @chupachupstiga.
Tips:
1. Daun alas (jika ada) ditumpuk menjadi satu agar tak mengotori piring,
2. Saat pelayan sibuk, carilah asbak sendiri (bagi perokok),
3. Usahakan tidak menyisakan makanan.
(dfl/odi)