Jakarta -
Pengamat tata ruang dan perkotaan dari Universitas Udayana (Unud), Putu Rumawan Salain, mengkritik pembangunan lintas raya terpadu (LRT) Bali Urban Subway dan wacana Bandara Bali Utara. Ia menyesalkan minimnya pelibatan publik dalam megaproyek tersebut.
LRT Bali dibangun dengan skema business to business yang seluruh pembiayaannya menggunakan dana investor. Menurut Rumawan, tidak ada dasar pertimbangan yang kuat untuk membangun moda transportasi massal berbasis kereta di bawah tanah itu.
"Saya mengapresiasi adanya kereta bawah tanah ini. Tapi belum integrasi ke yang lain. Socioculture atau sosiobudaya ekonomi belum ada pembahasannya. Tiba-tiba bikin-bikin aja gitu, nafsu banget gitu," terang Rumawan, Senin (9/9/2024).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Proyek LRT Bali Urban Subway diawali dengan upacara Ngeruak dan peletakan batu pertama oleh Penjabat (Pj) Gubernur Bali Sang Made Mahendra Jaya di Sentral Parkir Kuta, Badung, Bali, Rabu (4/9/2024). Nilai investasi untuk keseluruhan proyek ini mencapai US$ 20 miliar.
Bali Urban Subway akan dibangun dalam empat fase. Yakni, fase satu yang meliputi Bandara I Gusti Ngurah Rai-Kuta Sentral Parkir-Seminyak-Berawa-Cemagi dengan panjang 16 kilometer. Kemudian, fase dua, Bandara I Gusti Ngurah Rai-Jimbaran-Unud-Nusa Dua sepanjang 13,5 km.
Fase tiga meliputi Sentral Parkir Kuta-Sesetan-Renon-Sanur. Selanjutnya, fase empat meliputi Renon- Sukawati-Ubud. Namun, fase ketiga dan keempat masih tahap feasibility study (FS) atau uji kelayakan.
Menurut Rumawan, pembangunan LRT di kawasan Kuta justru akan memindahkan titik kemacetan ke daerah lain. Sebab, proyek bawah tanah tersebut juga akan dilengkapi dengan fasilitas pariwisata lainnya seperti mal hingga hotel.
"Ini kan juga business to business, saya curiga TOD yang akan dikembangkan desainnya sepertinya akan ada mal, hotel, kemudian ditembuskan ke pinggir hotel. Jadi, Kuta di atas lahan dan di bawah tanah. Makin kacau lagi termasuk lingkungannya kacau. Saya nggak bisa membayangkan," tegas dia.
Rancangan Bali Urban Subway dibangun di bawah tanah dengan kedalaman 30 meter. Proyek transportasi massal yang digadang-gadang menjadi solusi kemacetan lalu lintas di Bali itu ditargetkan dapat beroperasi penuh pada akhir 2031.
Selain LRT, Rumawan juga menyinggung wacana Bandara Bali Utara yang kembali mengemuka menjelang Pemilihan Gubernur (Pilgub) Bali 2024. Menurutnya, perlu studi kelayakan yang matang untuk memetakan pemerataan pembangunan di Bali.
"Bandara Bali Utara itu kan ingin menyebarkan pemerataan pembangunan di Bali sebenarnya.Tetapi kalau itu juga tidak terintegrasi, sama aja. Jalan dari Singaraja ke Denpasar sempit, sama aja. Nggak mudah loh bikin airport, butuh waktu," pungkasnya.
Baca artikelnya di detikbali
(sym/sym)