Jakarta -
Kementerian PPN/Bappenas mencatat transformasi digitalisasi untuk ritel harus dilakukan karena dampak pada penjualan akan meningkat. Salah satu bentuk digitalisasi ritel yakni transformasi dengan e-commerce atau kegiatan jual beli yang dilakukan menggunakan sarana media elektronik.
Direktur Perdagangan Investasi dan Kerjasama Ekonomi Internasional Bappenas Laksmi Kusumawati mencatat jika ritel masuk ke e-commerce, penjualan berpotensi meningkat hingga US$ 1,4 triliun dari 2022 sampai 2027. Data ini didapat dari Global Riset Development Index 2023.
"Ke depan penggunaan digitalisasi akan mengalami peningkatan. E-commerce akan menjadi saluran ritel dengan pertumbuhan tercepat 24% dari penjualan ritel. Juga ada peningkatan penjualan karena adanya e-commerce ritel US$ 1,4 triliun atau 64%," kata dia dalam Gambir Talks 15 di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, Rabu (14/8/2024).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ada sejumlah keuntungan bagi ritel melakukan transformasi digital, pertama meningkatkan efisiensi operasional, membantu memenuhi stok barang, memantau stok barang secara real time.
"Bisa memesan ulang barang sebelum barang habis, mengurangi risiko kekurangan kekurangan stok, meningkatkan efisiensi inventaris. Dengan teknologi, pengalaman bagi pelanggan menjadi lebih baik dan bisa memberikan rekomendasi produk yang relevan, optimalisasi supply chain keamanan dan pencegahan kerugian," jelas dia.
Meski begitu ada sejumlah tantangan yang dihadapi ritel, pertama tentang persaingan harga di industri ritel. Kedua mengenai loyalitas konsumen terhadap toko dan ketiga keamanan data.
"Bagaimana keamanan data pelanggan adalah suatu kunci yang bisa mendorong adanya kepercayaan pelanggan kepada perusahaan dan bagaimana adaptasi teknologi diperlukan mengharuskan peritel untuk bisa terus berinvestasi di dalam pembaharuan dalam pelatihan yang terkait dengan teknologi-teknologi baru agar tidak kalah bersaing dengan ritel lain," ujar dia.
(ada/kil)