Jakarta - Hilirisasi menjadi salah satu program prioritas pemerintahan Joko Widodo (Jokowi). Berbagai dukungan digelontorkan pemerintah untuk program ini yang diharapkan mampu emberi nilai tambah bagi negara.
Pengamat ekonomi energi dari Universitas Padjadjaran (Unpad) Yayan Satyakti mengatakan, investasi untuk mendorong hilirisasi perlu didukung. Misalnya hilirisasi dalam penciptaan ekosistem kendaraan listrik, yang pada ujungnya mampu menekan emisi karbon.
"Kalau lingkungan, listrik itu mampu untuk menurunkan emisi, karena tidak ada emisi karbon monoksida dan itu pasti emisinya turun. Dan juga itu sudah pasti," katanya kepada detikcom, Jumat (13/9/2024).
Saat ini Indonesia memiliki pusat hilirisasi nikel di beberapa lokasi, seperti di Sulawesi Tengah dan Maluku Utara. Yayan menilai industri yang tumbuh di sana memberi efek positif bagi perekonomian, misalnya dalam hal penyerapan tenaga kerja.
"Jadi peningkatan nilai tambah atau hilirisasi ini itu mengubah dari nikel tadi menjadi baterai, kemudian masuk menjadi industri mobil, tapi untuk di domestik yang mampu untuk menciptakan economic multiplier dan meningkatkan lapangan kerja," imbuhnya.
Senada, peneliti Indef Abra Talatof menyebut program hilirisasi mampu menjadi solusi atas permasalahan tenaga kerja di Indonesia. Hilirisasi mampu menciptakan lapangan kerja yang masif dan berkualitas, di tengah minimnya tambahan tenaga kerja formal.
"Dengan hilirisasi bisa menciptakan penyerapan lapangan kerja yang makin masif, di tengah semakin minimnya tambahan trenaga kerja formal dan semakin tergerusnya segmen kelas menengah. Hilirisasi punya kaitan erat dalam penciptaan lapangan kerja yang berkualitas," ujar Abra.
Walaupun jumlah pengangguran di Indonesia berkurang , kata dia, tapi faktanya yang meningkat adalah tenaga kerja informal. Oleh karena itu ia menilai hilirisasi ini menjadi jalan strategis menciptakan pekerjaan formal yang berkualitas. (ily/rrd)