Sejumlah umat muslim melaksanakan Sholat Jumat berjamaah di Pasar Tanah Abang, Jakarta, Jumat (15/3/2024). Sholat Jumat pertama pada bulan Ramadhan 1445 Hijriah di Masjid Nurul Muhajirin tersebut dilaksanakan hingga ke lorong pasar yang diubah menjadi area shaf. Pelaksanaan Sholat Jumat yang diikuti oleh para pedagang dan pembeli di Pasar Tanah Abang tersebut menghentikan sejenak kegiatan transaksi jual beli.
REPUBLIKA.CO.ID,JEDDAH – Ibadah individual harus diselaraskan dengan ibadah sosial. Untuk itu umat Muslim dianjurkan untuk tetap mengimbangi kedua amalan tersebut agar tak timpang antara dunia dengan akhirat. Hal ini sebagaimana yang dianjurkan Nabi Muhammad SAW. Sebagai contoh, beliau pernah menegur sahabatnya, yakni Muadz bin Jabal, ketika mengimami jamaah sholat dengan bacaan surah-surah panjang.
Karena terlalu sering Muadz melakukan hal itu, seorang jamaahnya datang dan mengadukan hal tersebut kepada Rasulullah. Dengan seketika, beliau pun memanggil Muadz dan menegurnya.
Dalam beberapa riwayat diceritakan, Rasulullah menegur Muadz dengan kata-kata yang baik sambil menasihatinya. Bahwa ketika seorang imam mengambil alih jamaah, maka hal yang perlu dilakukannya adalah mempertimbangkan kondisi jamaah.
Bahwa tak seluruh jamaah memiliki kemampuan fisik yang kuat dalam mengikuti gerakan imam. Sehingga dianjurkan ketika jamaah berlangsung, para imam jangan terlalu membaca surah yang panjang.
Hal ini sebagaimana hadis yang diriwayatkan Imam Muslim berikut: “Aturidu an takuna fattanan ya mua’adzu idza amamta an-nasa faqra’ bisyamsyi wa dhuhaha. Wa sabbih-sma rabbikal-a’la. Waqra’ bismirabbika, wallaili idza yagsya,”.
Yang artinya: “Apakah engkau ingin membuat orang lari dari agama, wahai Muadz? Jika engkau mengimami orang-orang, bacalah Surah Asy-Syams, Adh-Dhuha, Al-A’laa, Al-Alaq, atau Al-Lain,”.