
DANAU Lingkat, salah satu ikon wisata alam di Desa Lempur, Kecamatan Gunung Raya, Kabupaten Kerinci, Jambi, kini semakin dilirik sebagai destinasi unggulan. Danau seluas sekitar 12 hektare ini dikenal dengan airnya yang berwarna hijau pekat, udara sejuk, serta suasana alami yang dikelilingi hutan rimba dan bukit hijau.
Meski memiliki keunikan alam dan narasi lokal yang kuat, promosi pariwisata Danau Lingkat masih terbatas. Padahal, Danau Lingkat bersama empat danau lain di kawasan Desa Wisata Lempur, yakni Danau Kaco, Danau Nyalo, Danau Duo, dan Danau Kecik, memiliki potensi besar sebagai paket ekowisata unggulan.
Kondisi tersebut menggerakkan sekelompok dosen dari Sekolah Bisnis dan Manajemen Institut Teknologi Bandung (SBM ITB) dan STIE Sakti Alam Kerinci untuk bekerja sama membantu kualitas promosi wisata Danau Lingkat melalui kegiatan pelatihan. Tujuannya meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mengenai promosi dan branding pariwisata.
“Kami ingin meningkatkan kapasitas dan kompetensi pelaku wisata di kawasan Danau Lingkat sebagai upaya memperkuat promosi, penjualan, dan keberlanjutan usaha pariwisata lokal. Kegiatan ini berkolaborasi dengan berbagai pihak di antaranya pemerintah daerah dan dinas pariwisata,” kata Sri Hartati, Ketua Tim Pengabdian Masyarakat SBM ITB.
Sri menjelaskan kegiatan pelatihan dua hari di desa Lempur Mudik, Gunung Raya, kabupaten Kerinci, ini diikuti 30 peserta dari pelaku desa wisata, pengelola homestay, pemandu lokal, dan komunitas pemuda.
“Hari pertama pelatihan, peserta diberikan pengetahuan kewirausahaan terutama cara mengembangkan bisnis pariwisata. Setelah itu, peserta mendapat bekal strategi dan promosi wisata seperti digital marketing, branding destinasi wisata, dan penggunaan media sosial sebagai sarana pemasaran dan promosi wisata,” jelas Sri yang merupakan dosen SBM ITB.
Hari kedua pelatihan, lanjut Sri, peserta diajak ke danau Lingkat untuk membuat konten video sekaligus mempraktikkan pengetahuan yang sudah disampaikan di ruang kelas. Hasil karya konten video peserta dipublikasikan ke media sosial seperti Facebook dan TikTok.
“Branding destinasi wisata di era digital lebih efektif lewat media sosial, bukan lagi hanya melalui brosur atau iklan konvensional.
Strateginya berbasis pada user experience dan user generated content dengan mengedepankan testimoni visual pengunjung lebih dipercaya dibandingkan kampanye formal,” kata Zaid Zacky, pelaku bisnis pariwisata Explore Kerinci, yang ikut menjadi narasumber pelatihan.
Narasumber lainnya, Gampo Haryono, dosen STIE Sakti Alam Kerinci, mengatakan konten video danau Lingkat yang diunggah ke media sosial merupakan bentuk branding yang dibangun melalui identitas visual yang khas dan promosi digital yang kreatif. Aksi ini akan membuat danau Lingkat menjadi lebih dikenal secara luas.
Anggota Tim Pengabdian Masyarakat SBM ITB Tuntun Salamatun Zen mengingatkan penguatan branding dan promosi wisata danau Lingkat jangan hanya berorientasi bisnis tetapi juga harus tetap menjaga kelestarian alam dan kearifan lokal.
“Promosi dan branding wisata melalui media sosial bukan hanya soal meningkatkan jumlah kunjungan dan menumbuhkan bisnis turunan pariwisata tapi juga tentang membangun citra destinasi serta memastikan keberlanjutan pariwisata berbasis komunitas,” ujar Tuntun yang ikut terlibat dalam kegiatan pelatihan.
Dia berharap dengan pelatihan ini, Desa Wisata Danau Lingkat makin dikenal sebagai destinasi ekowisata unggulan dan mampu bersaing di kancah nasional bahkan internasional sekaligus jadi contoh pengelolaan pariwisata berkelanjutan yang menggabungkan alam, budaya, dan teknologi digital. (H-2)