Jakarta -
Pemerintah terus menggenjot program hilirisasi sektor tambang guna meningkatkan perekonomian dalam negeri. Salah satunya dengan menghadirkan smelter tembaga milik PT Freeport Indonesia (PTFI) di Kawasan JIIPE, Gresik, Jawa Timur (Jatim).
Dengan adanya smelter ini, Indonesia bisa mengolah konsentrat tembaga menjadi menjadi katoda tembaga. Meski begitu, hasil produksi konsentrat tembaga dari smelter milik Freeport ini dilaporkan belum bisa sepenuhnya diserap oleh industri dalam negeri.
Menanggapi perihal ini, Menteri Investasi atau Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Rosan Roeslani, mengatakan bahwa investasi di sektor hilirisasi seperti pembuatan smelter peleburan konsentrat tembaga ini merupakan bentuk dari komitmen jangka panjang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau investasi itu kan sifatnya adalah komitmen jangka panjang ya, long term commitment, dan kita juga memastikan bahwa investasi itu bisa menghasilkan return yang baik kepada pihak yang berinvestasi," kata Rosan saat ditemui wartawan seusai acara detikcom Leaders Forum 'Menuju Indonesia Hijau: Inovasi Energi dan Sumber Daya Manusia,' di Hotel St. Regis, Jakarta Selatan, Selasa (17/9/2024).
"Ini kan pembangunan juga ke depannya kita ingin memastikan untuk hilirisasi ini kan berjalan sesuai juga dengan undang-undang pemerintah. Nah target hilirisasi ini kan sebenarnya banyak sekali produk-produk turunannya, tapi kita ingin memastikan hilirisasi yang kita lakukan ini demand-nya, pasarnya juga cukup," sambungnya.
Lebih lanjut, Rosan mengatakan untuk saat ini perusahaan bisa menjalankan opsi ekspor produk hasil hilirisasi jika penyerapan pasar domestik memang masih kurang memadai. Namun ia mengingatkan pihaknya akan tetap memprioritaskan penyerapan produk hilirisasi di pasar dalam negeri.
"Tetunya yang kita prioritaskan adalah demand atau permintaan dalam negeri. Tetapi kalau kemudian permintaan dalam negerinya ini belum bisa menyerap semua, ya kita sangat terbuka sekali untuk diserap oleh luar negeri. Sehingga keberadaan dari smelter itu yang di mana memang sangat tergantung dari fluktuasi harga itu bisa berjalan dengan baik," terangnya.
Secara terpisah, sebelumnya VP Government Relation PT Freeport Indonesia Harry Pancasakti mengatakan modal investasi untuk membangun smelter tembaga di Gresik, Jawa Timur, tersebut mencapai Rp 61 triliun.
Sejauh ini fasilitas ini dapat memproduksi sekitar 600 ribu ton katoda tembaga per tahun. Namun dari jumlah itu, industri dalam negeri baru mampu menyerap sekitar 100 ribu ton per tahun, sehingga ada kelebihan produksi hingga 500 ribu ton.
"Dari produk smelter baru sejauh ini komitmen dari salah satu industri di kawasan khusus Gresik 100 ribu ton per tahun, sisa 500 ribu ton," kata Harry dalam acara yang sama.
"Kalau memang tidak ada konsumen dalam negeri, otomatis terpaksa kita ekspor dan ekspornya nggak jauh-jauh Asia Tenggara, Vietnam, Thailand, Malaysia. Justru negara tetangga yang akan menikmati nilai tambah yang lebih besar dari produksi katoda," pungkasnya.
Simak Video: Freeport: Indonesia Bisa Jadi Produsen Katoda Tembaga Terbesar Dunia
(fdl/fdl)