Liputan6.com, Jakarta - Radit baru saja pulang bersama Markum. Saat ia hendak masuk ke kamar, suara Pramana menghentikannya.
"Radit!" panggil Pramana, nada suaranya penuh tekanan. Tanpa banyak bicara, Pramana mendorong Radit hingga nyaris tersungkur.
"Karina menangis karena kamu!" hardiknya. "Apa susahnya sih buat meyakinkan dia kalau kamu cuma cinta sama Karina?! Dan berhenti urusan sama Mirsa!"
Radit menatap ayahnya tajam. "Aku nggak akan pernah berhenti berurusan sama Mirsa!"
Tepat di saat suasana tegang itu, Sarah dan Kenzo tiba di rumah—berbarengan dengan kedatangan Reza dan Mirsa. Di ruang tamu, Ranti dan Aurel sudah menunggu. Begitu melihat Kenzo, Aurel langsung memeluknya erat.
Melihat itu, Sarah segera memberi arahan. "Kenzo, langsung ke kamar ya. Istirahat. Ajak Aurel juga." Kenzo menurut, tanpa banyak tanya.
Mirsa Dekati Sarah
Sementara itu, Mirsa berusaha mendekati Sarah, ingin menjelaskan sesuatu. Tapi sebelum sempat bicara...
PLAKK! Tamparan keras dari Sarah mendarat di wajah Mirsa. Emosi Sarah meledak, dan Reza langsung bereaksi.
"Sarah! Gak gitu caranya! Mirsa belum tentu salah!" Reza membela.
Namun Sarah tak peduli. Ia fokus menunggu Radit. Tak lama kemudian, Radit datang dengan wajah tegang dan gugup. Semua orang di ruang itu menahan napas. Mereka akan menerima hasil yang akan mengubah segalanya.
Dengan suara tegas tapi emosional, Sarah berbicara. "Sebelum hasilnya dibuka, saya minta semua di sini jadi saksi. Saya nggak melakukan kecurangan apapun. Saya datang sesuai jadwal pemeriksaan, kan?"
Satu per satu mengangguk, membenarkan.
Akhirnya, surat hasil diserahkan ke tangan Radit. Tangannya gemetar saat membukanya. Detik demi detik terasa begitu lambat. Lalu... matanya membelalak saat membaca isi suratnya:
100% cocok.
Dalam hati, Radit bergumam penuh haru dan keterkejutan: "Jadi... anak Sarah itu... anakku!"
Di tempat lain, Reza baru saja keluar dari ruangannya ketika seorang staf HRD menghampirinya dengan sopan.
"Pak Reza, mohon waktunya sebentar. Kami ingin membicarakan soal Uang Penggantian Hak Mirsa… yang baru saja mengajukan pengunduran diri."
Reza membelalak. "Mirsa resign?"
HRD mengangguk pelan. "Betul, Pak. Suratnya baru kami terima."