Jakarta -
Menghadapi menyusutnya populasi, pemerintah China melakukan banyak cara agar warganya punya bayi. Namun hingga saat ini otoritas China masih tidak mengizinkan wanita lajang membekukan sel telurnya.
Pengadilan Beijing minggu ini memilih untuk menegakkan aturan lama bahwa hanya perempuan yang sudah menikah yang boleh menggunakan prosedur tersebut. Aktivis hak asasi manusia mengatakan peraturan tersebut tidak adil karena mengecualikan perempuan lajang dari tindakan reproduksi yang memberi mereka pilihan untuk menunda kehamilan.
Putusan tersebut berpusat pada gugatan yang diajukan oleh Teresa Xu terhadap rumah sakit setelah dokter menolak aksesnya terhadap layanan pembekuan sel telur dan malah mengatakan kepadanya bahwa dia harus segera menikah dan memiliki anak.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Belum lama ini, Xu mengatakan Pengadilan Menengah Rakyat Chaoyang di Beijing telah menolak gugatannya, sehingga menghabiskan pilihan hukumnya dalam perjuangan enam tahun untuk hak-hak reproduksi. Pengadilan berpendapat bahwa haknya tidak dilanggar.
"Saya sudah siap secara mental untuk itu," ujarnya dalam video yang kemudian diunggah ke akun media sosialnya. "Hasil ini sungguh tidak terduga."
Diberitakan New York Times, di China, Partai Komunis yang berkuasa masih mempunyai pengaruh besar dalam menentukan siapa yang boleh mempunyai anak, dan berapa banyak. Selama bertahun-tahun, pemerintah hanya mengizinkan satu keluarga untuk memiliki satu anak.
Ketika kelahiran melambat secara signifikan, sehingga mengancam pertumbuhan, para pejabat melonggarkan kebijakan satu anak dengan mengizinkan dua anak dan kemudian tiga anak.
Kebanyakan rumah sakit di China mewajibkan perempuan untuk menikah sebelum membekukan sel telurnya. Perempuan lajang yang sedang hamil sering kali tidak diberi akses terhadap layanan kesehatan masyarakat serta tunjangan seperti cuti melahirkan. Dan anak-anak yang lahir dari orang tua tunggal berjuang untuk mendapatkan tunjangan sosial seperti pendidikan dan asuransi kesehatan.
Namun alasan keputusan Xu untuk membekukan sel telurnya adalah alasan yang juga dimiliki oleh banyak remaja putri China: Dia ingin punya bayi suatu saat nanti, tapi dia ingin bekerja dan menabung terlebih dahulu, untuk masa depannya.
Larangan terhadap akses terhadap perawatan reproduksi bagi perempuan lajang telah memaksa banyak perempuan yang memiliki kemampuan finansial dan tekad untuk bepergian ke luar negeri dan menghabiskan puluhan ribu dolar untuk membekukan sel telur mereka di negara-negara seperti Thailand dan Malaysia.
(kna/kna)