Ilustrasi(Antara)
Bagi umat Islam yang kerap membaca Al-Qur'an, kalimat fabiayyi ala irobbikuma tukadziban artinya memiliki makna yang sangat mendalam dan menggugah jiwa. Kalimat ini merupakan ayat ikonik yang terdapat dalam Surat Ar-Rahman, salah satu surat yang dikenal sebagai Arusul Quran atau pengantin Al-Qur'an karena keindahan bahasanya. Ayat ini tidak hanya sekadar pertanyaan retoris, melainkan sebuah teguran halus namun tegas dari Allah SWT kepada makhluk-Nya mengenai rasa syukur.
Teks Arab, Latin, dan Terjemahan
Sebelum membahas tafsir lebih jauh, penting untuk mengetahui teks asli, cara baca, dan terjemahan harfiah dari ayat ini. Berikut adalah teks Arab dari ayat yang diulang berkali-kali dalam Surat Ar-Rahman:
فَبِأَيِّ آلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ
Latin: Fabiayyi aalaa-i rabbikumaa tukadzdzibaan.
Artinya: "Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?"
Pertanyaan ini ditujukan kepada dua jenis makhluk yang memiliki akal dan kewajiban beribadah, yaitu manusia dan jin. Penggunaan kata ganti kuma (kamu berdua) dalam tata bahasa Arab menunjukkan dualitas tersebut, menegaskan bahwa seruan ini berlaku universal bagi kedua golongan makhluk ciptaan Allah SWT.
Tafsir dan Makna Mendalam
Para ulama tafsir memiliki pandangan yang luas mengenai ayat ini. Dalam tafsir Ibnu Katsir, dijelaskan bahwa kalimat ini merupakan pengukuhan atas segala nikmat yang telah Allah berikan. Allah SWT memaparkan berbagai bentuk ciptaan-Nya, mulai dari matahari, bulan, tumbuh-tumbuhan, hingga penciptaan manusia dan jin itu sendiri, lalu menyisipkan pertanyaan ini sebagai bentuk introspeksi.
Makna fabiayyi ala irobbikuma tukadziban artinya adalah sebuah tantangan bagi hamba-Nya untuk mengakui bahwa tidak ada satu pun nikmat yang bisa diingkari. Jika manusia jujur pada dirinya sendiri, setiap hembusan napas, kedipan mata, hingga rezeki yang mengalir adalah bukti kasih sayang (Ar-Rahman) Allah yang tak terhingga.
Mengapa Diulang Sebanyak 31 Kali?
Salah satu keunikan Surat Ar-Rahman adalah pengulangan ayat ini sebanyak 31 kali. Tentu saja, pengulangan ini bukan tanpa alasan (takhsis). Dalam kaidah bahasa Arab dan ilmu balaghah, pengulangan berfungsi sebagai taukid (penegas) dan peringatan (tanbih). Berikut adalah rincian pembagian 31 pengulangan tersebut menurut sebagian ulama:
- Berkaitan dengan Penciptaan (8 Kali): Ayat ini muncul setelah Allah menjelaskan keajaiban penciptaan alam semesta dan manusia. Ini mengingatkan kita untuk bersyukur atas eksistensi diri dan alam raya.
- Berkaitan dengan Hukuman Neraka (7 Kali): Pengulangan ini muncul setelah deskripsi tentang neraka Jahanam. Jumlah 7 kali ini diidentikkan dengan jumlah pintu neraka, sebagai peringatan agar manusia menjauhinya.
- Berkaitan dengan Surga (8 Kali): Disebutkan setelah deskripsi dua surga bagi orang yang takut pada kebesaran Tuhan. Ini juga dikaitkan dengan jumlah pintu surga yang berjumlah delapan.
- Berkaitan dengan Surga Tambahan (8 Kali): Disebutkan lagi setelah penjelasan mengenai dua surga lainnya yang lebih tinggi tingkatannya, menegaskan janji Allah bagi mereka yang beriman dan beramal saleh.
Imam As-Suyuthi dalam Al-Itqan fi Ulumil Quran menjelaskan bahwa pengulangan ini memantapkan kesadaran dalam hati pendengarnya. Setiap kali satu nikmat disebutkan, pertanyaan ini muncul untuk mengunci pemahaman bahwa nikmat tersebut berasal dari Allah semata.
Pelajaran yang Bisa Diambil
Memahami fabiayyi ala irobbikuma tukadziban artinya bukan hanya soal menerjemahkan bahasa, tetapi mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Berikut adalah poin-poin refleksi yang bisa kita ambil:
- Larangan Kufur Nikmat: Manusia sering kali lupa bersyukur saat diberi kelapangan dan baru mengingat Tuhan saat diberi kesempitan. Ayat ini menegur sikap tersebut.
- Pengakuan Kelemahan Makhluk: Pertanyaan "yang manakah yang kamu dustakan?" menyiratkan bahwa manusia dan jin adalah makhluk yang lemah tanpa karunia-Nya.
- Keseimbangan Takut dan Harap: Penempatan ayat ini di antara deskripsi neraka dan surga mengajarkan keseimbangan antara khauf (rasa takut akan siksa) dan raja' (harapan akan rahmat).
Keutamaan Membaca Surat Ar-Rahman
Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Baihaqi, "Segala sesuatu memiliki pengantin, dan pengantin Al-Qur'an adalah Ar-Rahman." Membaca surat ini dengan merenungi maknanya dapat melembutkan hati yang keras dan menumbuhkan rasa cinta yang mendalam kepada Sang Pencipta.
Ketika dibacakan surat ini oleh Nabi Muhammad SAW, para jin menjawab dengan perkataan yang indah: "Wahai Tuhan kami, tidak ada satu pun nikmat-Mu yang kami dustakan, maka segala puji bagi-Mu." Jawaban ini mengajarkan kita adab ketika mendengar atau membaca ayat tersebut, yakni dengan meyakini dalam hati bahwa segala puji hanya milik Allah.
Dengan memahami secara utuh bahwa fabiayyi ala irobbikuma tukadziban artinya adalah seruan untuk bersyukur, diharapkan kita dapat menjadi pribadi yang lebih qanaah dan tidak mudah mengeluh atas dinamika kehidupan duniawi. Selalulah luangkan waktu untuk membaca dan mentadaburi Surat Ar-Rahman agar hati senantiasa terpaut pada Ilahi.

1 day ago
1





















:strip_icc():format(jpeg):watermark(kly-media-production/assets/images/watermarks/liputan6/watermark-color-landscape-new.png,1100,20,0)/kly-media-production/medias/5383272/original/088478300_1760668597-Joy_Wahjudi__CEO_Erajaya_Digital_di_peluncuran_iPhone_17_Series_01.jpeg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5099595/original/076851300_1737187075-1737186206385_mimpi-masuk-rumah-sakit-menurut-islam.jpg)


:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5054220/original/051861500_1734398208-olla_2.jpg)






:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5379682/original/010744100_1760354808-AXIS_Nation_Cup_2025_2.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/2974420/original/001300500_1574390017-0E6A0619-01.jpeg)





