Liputan6.com, Jakarta - Hubungan yang kandas atau putus cinta adalah suatu pengalaman yang menyakitkan. Seringkali jika hubungan tidak berakhir dengan jelas akan menimbulkan perasaan yang bingung karena situasinya yang rumit.
Untuk terhindar dari emosi negatif dan sembuh dari perasaan patah hati, hubungan yang berakhir harus dilalui dengan closure atau penutupan.
Closure adalah proses dimana seseorang memahami dan menerima bahwa hubungannya telah berakhir. Pemahaman ini dapat memberikan rasa damai saat seseorang melanjutkan hidupnya meski situasinya kini berbeda dari biasanya. Menurut penelitian, adanya closure dapat mengurangi konflik batin pada seseorang setelah hubungannya kandas.
“Closure mungkin berbeda bagi setiap orang. Namun, inti dari closure adalah pemahaman dan penerimaan bahwa hubungan telah berakhir, dan seringkali termasuk alasan mengapa hubungan tersebut berakhir,” jelas Beth Ribarsky, seorang profesor komunikasi interpersonal dan ahli dalam hubungan romantis seperti mengutip Psych Central, Selasa (21/10/2025).
Sementara itu, pekerja sosial klinis berlisensi di Haven Health Management Florida Amerika Serikat, Sal Raichbach, menjelaskan bahwa closure merupakan perasaan atas adanya akhir pada proses berakhirnya suatu hubungan.
Dia juga menambahkan, adanya closure atau penutupan pada akhir sebuah hubungan memungkinkan seseorang untuk lebih memahami apa yang terjadi antara dirinya dan pasangannya. Hal ini dapat membantu proses move on karena tidak ada lagi keraguan atau pertanyaan yang berkeliaran pada diri seseorang.
Tanda-Tanda Kamu Butuh Closure
Pada dasarnya, closure atau penutupan pada akhir hubungan dapat terjadi dalam beberapa bentuk. Mulai dari menerima jawaban atas pertanyaan yang rumit, memahami alasan suatu hubungan berakhir. Closure juga membantu dalam melewati masa-masa patah hati tanpa memikirkan mantan kekasih, hingga belajar dan mengalami pengembangan diri.
Jika seseorang tidak yakin apakah mereka sudah mencapai closure atau belum, terdapat tanda-tanda yang bisa diperhatikan. Diantaranya:
- pikiran yang berkecamuk tentang akhir hubungan,
- merasa tidak paham tentang alasan hubungannya berakhir, hingga
- kebiasaan memeriksa media sosial sang mantan kekasih.
Keinginan untuk mendapatkan closure juga berisiko mempengaruhi kondisi mental seseorang. Hal ini memengaruhikualitas tidur, meningkatkan perasaan marah atau dendam. Lalu, masih ada perasaan yang menggantung karena merasa hubungan tersebut belum benar-benar berakhir, kesulitan menyelesaikan pekerjaan, dan keinginan berlebih untuk menghubungi mantan kekasih.
Closure Bukan Hanya Sekadar Jawaban
Setelah putus cinta, closure dapat diperoleh dengan hal-hal seperti berikut:
1. Terbuka untuk Memulai Pembicaraan
Menghubungi mantan kekasih untuk membahas apa yang terjadi dengan mengajukan beberapa pertanyaan bisa membantu seseorang mendapat closure. Namun, menghubungi mantan secara berulang kali akan menghambat proses penyembuhan hati.
Jika pembicaraan tidak berhasil karena mantan memilih untuk tidak membicarakan masa lalu, maka ada metode lain yang dapat menjadi alternatif untuk memperoleh closure.
2. Mempersiapkan Diri untuk Kemungkinan Terburuk
Penerimaan adalah cara untuk meraih kebebasan dan memberdayakan diri sendiri. Ketiadaan jawaban pada akhir suatu hubungan akan menjadi masa-masa yang sulit. Namun, hal itu dapat terasa ringan jika seseorang menerapkan kebiasaan menerima. Hubungan yang terhenti tanpa adanya alasan yang jelas merupakan sebuah closure tanpa harus dicari.
3. Fokus pada Refleksi dan Pengembangan diri
Untuk lebih memahami diri sendiri, seseorang perlu menghabiskan waktu sendiri setelah putus dari suatu hubungan. Mengutamakan refleksi dan pengembangan diri akan mengalihkan fokus seseorang dari keinginan mendapatkan closure.
Memberikan Closure Berarti Memberikan Kedamaian
Selain mendapatkan closure, terkadang ada situasi yang membuat seseorang harus memberikannya sendiri kepada pihak lain untuk melindungi kesejahteraan emosional diri mereka sendiri. Berikut cara yang dapat dilakukan untuk memberikan closure pada seseorang:
1. Jadwalkan pertemuan
Memulai percakapan dengan menjadwalkan sebuah pertemuan dapat memberikan kepastian terhadap mantan kekasih bahwa hubungan ini berakhir bukan tanpa alasan. Hal ini juga mencegah mantan yang selalu menghubungi di waktu yang tidak tepat dan menimbulkan rasa tidak nyaman.
2. Tetapkan batasan
Untuk menegaskan bahwa ia tidak ingin dihubungi oleh mantan secara terus menerus, seseorang harus menetapkan batasan. Hal ini bisa dilakukan dengan membatasi interaksi dengan mantan baik secara langsung atau melalui media sosial. Dengan ini, seseorang tidak hanya memberikan closure, tetapi juga membiarkan mantannya melanjutkan hidup dengan damai.
3. Sampaikan dengan sopan
Kesopanan adalah hal yang utama. Saat berbicara dengan mantan tentang akhir suatu hubungan, sampaikan dengan sopan. Perilaku ini dapat memudahkan mereka menerima situasi dan mendapatkan closure yang seharusnya. Hindari sikap-sikap negatif seperti menuduh atau menghina, lebih baik selipkan hal-hal positif pada apa yang ingin diucapkan.
4. Melatih Empati
Melatih empati dengan mengurangi rasa marah akan membantu seseorang sembuh dari rasa sakit hati dan mampu melanjutkan hidup.
Melatih empati pada diri sendiri dapat dilakukan dengan mempertimbangkan perasaan pribadi dengan situasi pihak lain. Ini juga akan memberikan pemahaman tentang alasan suatu hubungan berakhir.
5. Memaafkan adalah Kunci Kedamaian
Perasaan negatif yang ditujukan kepada diri sendiri maupun mantan kekasih terkadang sulit untuk dilepaskan. Meski begitu, hal ini dapat menghalangi seseorang mendapatkan jawaban dan kedamaian dalam hidupnya.
Oleh karena itu, penting bagi seseorang untuk mengurangi hal-hal toksik dalam hidupnya dengan memaafkan segala pihak.
6. Perlu Ada Support System
Seseorang yang menjalani kehidupan setelah putus cinta tidak perlu menghadapinya sendiri. Dukungan orang-orang ...