Liputan6.com, Jakarta - Data layanan healing 119.id Kementerian Kesehatan RI menunjukkan banyak kasus kesehatan mental dipicu faktor keluarga, baik dalam hubungan orangtua-anak maupun pasangan suami-istri.
"Mestinya keluarga adalah tempat aman. Tapi ini justru paling besar menjadi tempat yang mengancam," kata Direktur Pelayanan Kesehatan Kelompok Rentan, Imran Pambudi, dalam sesi tanya jawab bersama media.
Masalah dalam keluarga sering memicu tekanan emosional, terutama pada usia produktif. Imran menyebut bahwa relasi dengan pasangan menjadi salah satu penyebab terbesar.
"Kalau dia sudah menikah, hubungannya dengan pasangannya. Tapi kalau belum, biasanya terkait orangtua," katanya.
Hal ini menunjukkan rumah tidak selalu menjadi ruang aman. Sebaliknya, keluarga bisa memicu perasaan tertekan, kesepian, hingga depresi yang berujung pada percobaan bunuh diri.
Meski demikian, Imran menekankan pentingnya membangun komunikasi sehat dalam keluarga. Dukungan emosional dari orang terdekat dinilai sebagai kunci pencegahan masalah kesehatan jiwa yang lebih serius.
Keluarga Bisa Jadi Faktor Risiko
Dalam banyak kasus, keluarga yang seharusnya menjadi benteng pertahanan justru berubah menjadi sumber masalah. Relasi tidak harmonis antara orangtua-anak atau konflik pasangan suami-istri berkontribusi besar terhadap kondisi psikologis seseorang.
"Keluarga bisa berperan ganda, sebagai sumber dukungan atau justru faktor risiko," kata alumni Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (UNAIR) itu.
Ketika komunikasi dalam keluarga tidak berjalan baik, individu yang menghadapi tekanan hidup kehilangan tempat aman untuk berbagi. Akibatnya, mereka lebih rentan mengalami kesepian dan depresi.
Oleh karena itu, memperbaiki kualitas hubungan di dalam keluarga menjadi langkah krusial. Meski keluarga bisa jadi sumber tekanan, Imran menegaskan solusi tetap harus kembali pada penguatan peran keluarga.
Dukungan emosional, empati, dan komunikasi yang sehat dapat membantu meringankan beban psikologis anggota keluarga.
"Mestinya keluarga adalah tempat aman," kata Imran.
Pentingnya Dukungan dan Komunikasi Sehat
Imran juga menekankan pentingnya ruang dialog tanpa menghakimi agar anggota keluarga merasa didengar dan diterima.
Selain itu, edukasi kesehatan mental perlu diperluas hingga level rumah tangga, sehingga anggota keluarga lebih peka terhadap tanda-tanda depresi atau stres yang dialami orang terdekat.
Dengan pendekatan ini, keluarga benar-benar bisa berfungsi sebagai 'rumah' yang aman ketika seseorang membutuhkan, bukan sebaliknya menjadi sumber tekanan.