Tianjin (ANTARA) - Pameran Helikopter China (China Helicopter Exposition) ketujuh, yang ditutup pada Minggu (19/10) di Tianjin, China utara, menghadirkan teknologi-teknologi mutakhir, sejumlah produk inovatif, dan berbagai pencapaian terbaru di sektor helikopter, kendaraan udara nirawak (unmanned aerial vehicle/UAV), dan penerbangan umum global, yang menyoroti potensi besar ekonomi ketinggian rendah.
Pameran selama empat hari ini, yang menjadi satu-satunya pameran helikopter internasional tingkat nasional di China dan acara terbesar kedua dari jenisnya di dunia, menarik lebih dari 400 perusahaan dari 20 lebih negara dan kawasan serta memecahkan rekor dalam hal jumlah pengunjung. Acara ini menyediakan platform bagi para produsen helikopter global terkemuka untuk menjajaki peluang kerja sama yang berfokus pada ekonomi ketinggian rendah China yang berkembang pesat.
Salah satu sorotan utama pameran ini adalah upacara pengiriman yang menandai pembelian China General Aviation Co., Ltd. atas helikopter AW139 pertamanya dari perusahaan pertahanan terbesar Italia, Leonardo. Selain model yang baru dibeli ini, perusahaan China tersebut telah mengoperasikan tiga helikopter AW109SP Leonardo.
"China sedang memelopori pembangunan ekonomi ketinggian rendahnya. Kami sangat berkomitmen pada pasar ini dan sangat senang menjadi bagian darinya," ujar Christian Gras, kepala pasar komersial wilayah India dan China di Leonardo.
Bagi banyak perusahaan helikopter internasional, mencapai pertumbuhan berkelanjutan berarti memanfaatkan momentum kuat pasar China yang tumbuh pesat untuk mendorong inovasi global.
Prakiraan tahunan yang dikeluarkan oleh Pusat Penelitian Teknik Sistem Pesawat Sipil Aviation Industry Corporation of China (AVIC) memprediksi armada helikopter sipil China akan melampaui angka 1.700 unit pada 2029, dengan jam terbang tahunan menembus 300.000 jam. Prakiraan ini juga menunjukkan tren peningkatan jam terbang helikopter sipil di China selama 10 tahun mendatang.
Sebagai perusahaan yang telah lama berdiri dan memiliki kehadiran yang kuat di China, Safran, produsen mesin dan peralatan pesawat asal Prancis, saat ini mengoperasikan lebih dari 600 unit mesin di negara tersebut. Dalam pameran itu, Safran dan AVIC bersama-sama mengumumkan bahwa Safran akan menyediakan dukungan daya untuk helikopter AC313A AVIC yang saat ini sedang dikembangkan. Hal ini menandai pencapaian penting baru dalam kemitraan mereka yang telah berlangsung hampir 50 tahun.
"China bukan hanya pasar strategis bagi Safran, melainkan juga bagian tak terpisahkan dari rantai industri global kami," tutur Remi Paul, CEO sekaligus country general delegate Safran China, kepada Xinhua.
Selama beberapa dekade terakhir, Safran sangat terlibat dalam program mesin, pesawat, dan helikopter China, menjalin kemitraan dengan semua maskapai penerbangan utama dan pelaku industri utama di China, seperti AVIC, Aero Engine Corporation of China, dan Commercial Aircraft Corporation of China, Ltd.
"Kami merasakan perkembangan pasar penerbangan umum China yang dinamis dan pesat. Pameran ini menjadi platform yang luar biasa, mendorong kolaborasi global dalam industri helikopter," ujar Paul.
Russian Helicopters, grup riset dan manufaktur helikopter terkemuka di Rusia, memamerkan tiga model andalannya di pameran tersebut.
"Memperluas kerja sama dengan China tetap menjadi salah satu prioritas strategis utama kami. Model-model angkut berat kami telah menunjukkan keandalan yang luar biasa, menjadikannya paling diminati di pasar Asia," kata CEO Russian Helicopters Nikolay Kolesov.
Kolesov menambahkan bahwa beberapa model helikopter buatan Rusia telah beroperasi di China selama bertahun-tahun, memainkan peran penting dalam operasional pemadaman kebakaran, pencarian dan penyelamatan, serta tanggap darurat.
Senada dengan Kolesov, Colin James, direktur pelaksana Airbus Helicopters di China, juga menyoroti China sebagai pasar utama yang konsisten bagi perusahaannya.
Pada hari pembukaan pameran tersebut pada Kamis (16/10), China Southern Airlines General Aviation Company Limited menandatangani perjanjian dengan Airbus Helicopters guna membeli helikopter H160 untuk operasi energi lepas pantai. Pesawat itu dijadwalkan mulai beroperasi pada 2026.
"Ini merupakan pencapaian penting yang besar bagi kedua belah pihak," ungkap James.
"Kami telah secara aktif berintegrasi ke dalam ekosistem industri helikopter China, dan berkomitmen untuk mengembangkan kemitraan jangka panjang yang saling menguntungkan dengan China. Kami sangat yakin kerja sama yang saling menguntungkan merupakan strategi yang tepat," tambahnya.
Pewarta: Xinhua
Editor: Ade irma Junida
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.