Istanbul (ANTARA) - Presiden Rusia Vladimir Putin, Kamis (16/10), menuduh "elit Barat tertentu" secara artifisial mengganggu sistem energi global.
Berbicara pada sesi pleno forum internasional Pekan Energi Rusia ke-8 di Moskow, Putin menyampaikan perspektif Rusia tentang tantangan yang dihadapi sektor bahan bakar dan energi global Rusia, salah satunya adalah restrukturisasi hubungan energi global.
Putin menggambarkannya sebagai "proses alami dan objektif" dalam banyak hal di tengah munculnya pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru dan peningkatan konsumsi energi di pusat-pusat tersebut.
"Pada saat yang sama, kita juga menyaksikan gangguan artifisial pada sistem energi, yang didorong oleh tindakan agresif dan tegas dari elite Barat tertentu," kata Putin.
Dia mengatakan banyak negara Eropa telah menolak untuk membeli pasokan energi Rusia "di bawah tekanan politik," yang dampaknya, menurutnya, terlihat jelas di Uni Eropa.
Dampaknya itu termasuk melalui "penurunan output industri, kenaikan harga karena minyak dan gas impor yang lebih mahal, dan penurunan daya saing barang-barang Eropa maupun ekonomi yang lebih luas."
Presiden Rusia itu mengatakan rantai pasokan energi sedang mengalami transformasi, dengan logistik yang semakin bergeser ke belahan bumi selatan, terutama ke negara-negara di kawasan Asia-Pasifik, Afrika, dan Amerika Latin.
"Pergeseran ini melibatkan rute yang lebih andal, pengembangan hub dan pelabuhan baru yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan konsumen energi saat ini dan di masa mendatang," ujarnya.
Baca juga: Rusia peringatkan sanksi baru Inggris akan menjadi bumerang
Putin mengatakan Rusia mempertahankan posisinya sebagai produsen minyak terkemuka "meskipun terdapat mekanisme persaingan tidak sehat" yang digunakan untuk melawannya.
Dia menyatakan pula bahwa Moskow menyumbang sekitar 10 persen dari produksi minyak global dan diperkirakan akan memproduksi 510 juta ton minyak tahun ini.
Dia kemudian menyoroti neraca energi Rusia sebagai "salah satu yang terhijau di dunia," dengan mengatakan bahwa 87 persen dari produksi energi negara itu memiliki jejak karbon yang rendah atau nol.
"Rusia adalah satu-satunya negara di dunia yang memiliki kompetensi di seluruh rantai pembangkit listrik tenaga nuklir," ujarnya, seraya mencatat bahwa Rusia terlibat dalam pembangunan listrik tenaga nuklir di Bangladesh, Mesir, dan Turki.
"Kami bermaksud untuk lebih mengembangkan kerja sama kami di industri nuklir dengan negara-negara Selatan dan negara-negara BRICS. Kami bekerja sangat aktif di bidang ini," ujarnya.
Dia juga menambahkan bahwa para ahli meyakini energi nuklir akan menjadi pilar utama keseimbangan energi global di masa depan, dan kapasitas tenaga nuklir dunia akan hampir dua kali lipat pada 2050.
Sumber: Anadolu
Baca juga: Trump: India tak lagi beli minyak dari Rusia
Baca juga: China acuhkan ancaman Trump, lanjutkan kerja sama energi dengan Rusia
Penerjemah: Cindy Frishanti Octavia
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.