Liputan6.com, Jakarta - Aktivitas lari dan mendaki gunung kini kian populer, terutama di kalangan anak muda. Banyak yang melakukannya demi mengikuti tren atau karena takut ketinggalan. Fenomena ini dikenal dengan istilah fear of missing out (FOMO).
Media sosial turut mendorong tren ini. Orang ramai membagikan jumlah langkah kaki dari aplikasi pelacak hingga memamerkan foto di puncak gunung.
Namun, Dokter Subspesialis Kedokteran Olahraga dari RS Universitas Indonesia, Dr. dr. Listya Tresnanti Mirtha, Sp.KO., Subsp.APK(K), MARS, mengingatkan bahwa FOMO olahraga bisa berbahaya jika dilakukan tanpa persiapan matang.
"Target kita itu ya target kita. Harus sesuai dengan bagaimana kita memulai. Jadi, nggak boleh malu kalau masih pemula. Lebih baik memantaskan diri dulu, tahan tiga hingga enam bulan sebelum ikut aktivitas berat," kata Listya dalam Konferensi Pers dan Talkshow KedokteRUN 2025 pada Selasa, 9 September 2025.
Risiko Naik Gunung Tanpa Persiapan
Olahraga intensitas tinggi seperti lari jarak jauh atau mendaki gunung menuntut kesiapan fisik dan mental. Sayangnya, kata Listya, banyak orang hanya menyiapkan fisik tanpa menyesuaikan dengan medan.
"Persiapan itu ada dua, sesuai diri kita dan sesuai medan. Biasanya justru yang ini sering nggak pas," ujarnya.
Di gunung, misalnya, kondisi iklim yang tidak menentu bisa meningkatkan risiko cedera bahkan kematian. Faktor internal (kondisi tubuh), eksternal (lingkungan), dan inciting event (pemicu tertentu) bisa beradu jadi penyebab.
"Yang paling sering itu hipotermia. Ada juga kondisi bawaan dalam tubuh yang tidak diketahui sebelumnya. Ditambah faktor kelelahan, itu bisa memicu kematian," tambahnya.
Kenali Faktor Internal dan Eksternal
Karena setiap orang punya kondisi internal berbeda, risiko cedera pun tidak sama. Untuk itu, Listya menyarankan pemeriksaan kesehatan sebelum melakukan aktivitas berat.
Dia juga menekankan pentingnya memiliki target pribadi, bukan mengikuti standar orang lain. "FOMO boleh, tapi ukur kemampuan diri sendiri. Jangan pernah pasang target seperti orang lain. Target kita itu ya target kita," tambahnya.
Selain itu, manajemen diri juga wajib diperhatikan. Saat mulai berlari, intensitas harus ditingkatkan bertahap. Volume lari tidak boleh naik lebih dari 10 persen per minggu karena bisa membahayakan tubuh.
"Ukuran yang benar adalah diri kita sendiri. Kalau hari ini lebih baik dari kemarin, itu sudah cukup. Jangan pakai tolak ukur orang lain," pungkasnya.